Sabtu, 25 Mei 2013

Ratu Kalinyamat Pendekar Wanita Jepara

RATU KALINYAMAT SANG PENDEKAR WANITA JEPARA
 YANG PANTANG MENYERAH

A.      PERJUANGAN RATU KALINYAMAT
Ratu Kalinyamat adalah keturunan Sultan Fattah  yang merupakaan Raja Islam Pertama di Pulau Jawa yang berada di Kesultanan Demak Bintoro.  Ratu Kalinyamat merupakan Sang Pendekar Wanita Jepara  sebagai sosok wanita cantik yang gagah perkasa ,  mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan yang pantang menyerah . Hal ini dibuktikan  saat melakukan perlawanan dengan mengirimkan armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574, Maka  tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA' SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Ratu Kalinyamat  nama aslinya Ratu Retno Kencono, beliau adalah anak dari Sultan Trenggono Raja ketiga Kesultanan Demak Bintoro ( 1521-1546). Beliau dinikahkan dengan Pangeran Toyib seorang putra Sultan Mughhayat Syah, Raja dari Kerajaan Aceh (1514 – 1528 ),  pada tahun 1536 oleh kesultanan Demak semasa ayahnya masih hidup  Ratu Kalinyamat beserta suaminya diberi wilayah sendiri yaitu  Jepara yang terletak di Pantai  Utara Pulau Jawa,  Pangeran Toyib akhirnya diangkat menjadi Adhipati Jepara dengan gelar Sultan Hadlirin.
    Ayahanda Ratu Kalinyamat yaitu Sultan Trenggono merupakan penerus perjuangan ayahandanya yang bernama Pati Unus (Muhammad Yunus) Raja kedua Kesultanan Demak Bintoro, sedangkan Raja Pertamanya adalah Sultan Fattah yang masih keturunan Brawijaya V hasil perkawinanya dengan Putri Cina  dari Dinasti Ming yang dipinpin Kaisar Yan Lu.
     Sejak kecil Sultan Fattah  tidak dibesarkan di istana Majapahit melainkan lahir dan besar di lingkungan istana Adhipati Palembang sampai usia 20 tahun dan setelah itu datang ke Jawa untuk belajar ke Sunan Ampel beliu juga mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina yaitu Laksamana Cheng Ho (Dampo Awang) seorang Panglima Muslim , disana beliau juga belajar bersama teman-teman lainya yaitu Sunan Giri, Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Setelah dianggap cukup akhirnya Sultan Fattah menuju Bintoro Demak yang diiringi Sultan Palembang, Arya Dilah beserta para rombongan lainya, hal ini dikarenakan Bintoro direncanakan akan dijadikan pusat kerajaan islam di Jawa oleh para walisongo.
Dalam masa pemerintahan Raden Fattah, Demak sangat berhasil dalam berbagai bidang, diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan, pengembangan islam serta penerapan musyawarah dan terjalinya kerjasama antara ulama dan umara (penguasa). Pemerintahan Kerajaan Islam kemudian diterukan Pati Unus (Muhammad Yunus) sebagai raja kedua, kemudian Raja Ketiga dilanjutkan saudaranya yaitu Sultan Trenggana.
   Semasa pemerintahan Sultan Hadlirin yang dibantu istrinya Retno Kencono kondisi pemerintahan Jepara berjalan aman, tentram dan sejahtera, namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, maka ketika terjadi kekosongan sementara dalam pemerintahan terjadilah  kekisruhan perebutan kekuasaan di dalam istana kerajaan Demak dimana pada waktu itu Sunan Prawoto ( anaknya Sultan Trenggono) dibunuh oleh Ariya Penangsang sekaligus menguasai pemerintahan kerajaan Demak Bintoro termasuk wilayah yang dikuasai adhipati Jepara yaitu Sultan Hadlirin.
Imbas adanya kekisruhan di Kerajaan Demak tersebut dengan meninggalnya Sultan Hadlirin  pada tahun 1549 yang dibunuh oleh anak buahnya Ariyo Penangsan,  meskipun akhirnya Ariya Penangsang (keponakan Sultan Prawoto) terbunuh oleh Jaka Tingkir  (Sultan Hadiwijaya),  Jaka Tingkir adalah menantu Sultan Trenggana   Raja kedua Kerajaan Islam Demak sebab istrinya adalah anakya Sultan Trenggana (Raja ketiga kerajaan Demak Bintoro).

   Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono ( Ratu Kalinyamat) sangat berduka yang mendalam dan berkeinginan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja Tulakan, yang dikenal oleh masyarakat dengan tapa  senjang rambut.
Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan Ratu Kalinyamat tersebut adalah bertapa dalam pengengertian melakukan tapa untuk mencari ketenangan jiwa  dengan melepaskan semua pakaian kebesaran kerajaan yang dulunya diberikan ayahnya kepadanya bersama suami tercintanya Sultan Hadlirin sewaktu masih menjabat Adhipati Jepara, tetapi ada juga yang berpendapat lain mengenai pengertian tapa senjang rambut tersebut  diartikan telanjang badan, Bila dipahami secara logika, seorang Ratu Bangsawan yang masih memilki nilai-nilai adat ketimuran yang cukup kuat adalah kurang relevan bila diartikan  terlalu berlebihan bila Ratu Kalinyamat melakukan tapa dengan telanjang badan, hal ini mengingat Ratu Kalinyamat dalam melakukan pertapaan tidak hanya di Tulakan saja melainkan ada beberapa tempat yang juga ditempati bertapa yaitu antara lain di Desa Mantingan dan di Daerah Jepara Kota (sekarang ditempati Penjara).
  Jadi perpindahan kegiatan bertapa dari satu tempat ke tempat lain dengan jarak yang jauh tentu tidak logis jika hal itu dilakukan dengan telanjang, disamping itu hanya gara-gara ditinggal mati oleh suaminya Sultan Hadlirin dan saudaranya Sunan Prawoto di tangan Ariya Penangsang, meskipun sebenci apapun tentu melakukan tapa bertelanjang adalah bukan suatu pilihan untuk seorang anak bangsawan yang mempunyai daya linuwih.
  Setelah suasana mereda dengan terbunuhnya Aryo Penangsang oleh  Sultan Sutowijoyo (Jaka Tingkir), Ratu Retno Kencono akhirnya  bersedia turun dari pertapaan untuk menggantikan kedudukan suaminya Sultan Hadlirin, beliau akhirnya dinobatkan sebagai Penguasa Jepara pada tanggal 10 April 1549 dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT, sehingga masyarakat Jepara untuk mengenangnya, maka setiap  tanggal 10 April dijadikan hari peringatan Hari Jadi Jepara yang  ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak. Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, sehingga banyak negara asing yang ingin menguasai Pulau Jawa termasuk Portugis.
Penjajahan  Portugis
  Sewaktu masih dalam pemerintahan Pati Unus ( ayah Sultan Trenggono), Jepara dibangun menjadi kota niaga. Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara, begitu juga  jiwa ptriotik pantang menyerah tertanam pada Sultan Trenggana yang meninggal  dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546 
Jiwa patriotik dan pantang menyerag dari ayah dan leluhurnya juga diwarisi oleh Ratu Kalinymat yang ditunjukkan dan dibuktikan  dalam berbagai pertempuran saat melawan pejajahan Portugis
Dalam melakukan serangan terhadap Portugis, Sang Ratu Kalinyamat yang gagah berani ini melibatkan hampir 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka,  tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat tersebut. Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah Bangsa Portugis,
    Kekalahan Ratu Kalinyamat  dalam melawan penjajahan Portugis tersebut tidak menyurutkan semangat perjuangan dan perlawananya terhadap Portugis dimana saat itu Negara Portugis di abad 16 memang  sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia yang sudah dilengkapi persenjataan yang canggih.

  Selang dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan lagi armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai "“QUILIMO”.
    Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini,  terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.

   Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Laskar Kalinyamat Jepara dibawah kepemimpinan Ratu Kalinyamat  dengan Portugis, sampai sekarang ini masih terdapat  Komplek Kuburan di Malaka yang disebut sebagai Makam Tentara Jawa. 
   Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat disamping terkenal seorang wanita cantik yang gagah perkasa berjiwa patriotik pantang menyerah, beliau juga terkenal wanita yang kaya raya karena kegigihanya dalam melakukan dagang baik dalam negeri maupun perdagangan luar negeri sehingga  orang  Portugis  menyebut Sang Ratu dengan  “RAINHA DE JEPARA' SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
   Disamping itu Ratu Kalinyamat Ini Juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina. Kita berharap agar ke depan produksi seni ukir Jepara dapat jaya kembali seperti pada masa pemerintahan Ratu kalinyamat tersebut.

B. RATU KALINYAMAT DALAM ERA JEPARA BARU
   Dalam era Jepara Baru jiwa Patriotik Ratu Kalinyamat justru menjadi titik awal semangat membangun Jepara Baru apapun resikonya, Jika Ratu Shima terkenal kejujuran dan keadilanya di bidang hukum dengan kondisi rakyatnya yang makmur  dan sejahtera karena belum ada kaum penjajah seperti Bangsa Portugis yang bersenjata canggih, maka pada jaman Pemerintahan Ratu Kalinyamat banyak terjadi intrik politik dalam internal kerajaan belum ditambah dengan adanya kaum penjajah Bangsa Portugis, maka kondisi Ratu Kalinyamat memang dihadapkan posisi yang serba sulit namun berkat kegigihanya semua cobaan tersebut dapat dilaluinya dengan baik.
   Apa yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat tersebut merupakan sosok pemimpin yang  berjiwa besar, bertanggungjawab terhadap rakyatnya dan masyarakat Jepara agar tidak dijajah dan diinjak-injak oleh kaum penjajah sehingga apapun resikonya harus dilakukan, beliau bukan tipe pemimpin yang hanya mencari titik aman saja, selalu ragu-ragu dan berhitung-hitung  untuk mengembalikan biaya awal menuju tahta dan mengutamakan kepentinganya sendiri  atau kelompoknya.
   Jepara Baru kedepan sangat dibutuhkan jiwa-jiwa Ratu Kalinyamat dan Ratu Shima yang tegas, jujur, adil, responsif dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya, sanggup melindungi rakyatnya dari penjajahan ekonomi dan ketidakadilan hukum, memberikan rasa aman dan nyaman terhadap rakyatnya sebagai upaya untuk mensejahterakan rakyatnya munuju kondisi wilayah Jepara gemah ripah loh jinawe.
Sudah saatnya para pemimpin daerah sekarang ini mempersiapkan generasi-generasi masa depan  dan  memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi wanita-wanita tangguh  masa depan untuk tampil ke panggung pemerintahan Jepara sehingga akan lahir kembali  wanita-wanita tangguh dan perkasa berjiwa Ratu Kalinyamat dan Ratu Shima sebagai penerus perjuangan bangsa yang telah terbukti  dalam sejarah Jepara justru seorang wanitalah yang sanggup membawa Jepara menuju kejayaan dan kesejahteraan, gemah ripah loh jinawe.
    Sosok kepemimpinan Ratu Kalinyamat menunjukkan sikap konsistensi  (baik sebelum atau sesudah dinobatkan sebagai Penguasa Jepara) terhadap sebuah perjuangan dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan Portugis  maupun dalam mensejahterakan kehidupan rakyanya dan terkenal kaya raya sehingga tidak haus lagi akan godaan korupsi dan kepentingan pribadi dan keluarganya.
Ratu Kalinyamat juga sosok pimpinan yang responsif dan agresif dalam menyikapi berbagai persoalan ketatanegaraan dan kemasyarakatan walaupun ditengah-tengah menumpuknya persoalan pemerintahan yang ada beliau tetap memperhatikanya dan tidak menunda-nunda pekerjaan dan pelayanan terhadap rakyatnya.
Rakyat kecil tidak memahami persoalan pemerintahan yang berbelit-belit, tetapi yang dibutuhkan adalah apa yang bisa dimakan hari ini dan besuk, bukan suatu alasan-alasan pembenaran atas sebuah janji-janji manis yang tidak ditepati ataupun hanya sebuah  sikap atas ketidakmampuan seorang pemimpin, hal inilah yang dipahami betul oleh Ratu Kalinyamat dalam memimpin selama pemerintahanya.

C.  SAATNYA JEPARA JAYA
    Dalam usianya yang sudah ke-464 ini tentunya Jepara seharusnya sudah jaya mengingat para pendahulu kita sangat berhasil dalam membangun Jepara menuju kejayaan, tetapi jika sekarang ini belum terwujud kejayaan tersebut tentunya ada beberapa peersoalan mendasar yang harus kita koreksi bersama dengan menggunakan beberapa indikator  utama.
    Akan tetapi sebelum melangkah menggunakan indikator tersebut ada prasyarat utama  yang harus dipahami bagi para pemimpin daerah tersebut yaitu sebuah filosofi Jawa yang sangat penting, yaitu : lembah manah, ngapes, ngalah, ngasor lan ngegungke liyan

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More