Jumat, 31 Mei 2013

WANITA MEMIMPIN JEPARA

SAATNYA WANITA MEMIMPIN JEPARA

 Tidak terlalu berlebihan bilamana seorang wanita harus berani memimpin Jepara di masa depan, fakta sejarah membuktikan bahwa Ratu Shima dan Ratu Kalinyamat merupakan sosok wanita tangguh,perkasa dan bijaksana yang terkenal sampai manca negara  yang pernah ada di bumi Jepara, sehingga pemerintahanya terkenal sangat kaya raya, rakyatnya makmur sentosa dan sejahtera, gemah ripah loh jinawe.

Sejak zaman dahulu sampai sekarang ini di Jepara  selain Ratu Shima dan Ratu Kalinyamat belum ada sosok wanita  sehebat seperti mereka, untuk itulah diharapkan wanita-wanita Jepara sekarang ini saatnya harus mulai berani tampil ke depan untuk  berlatih memimpin Jepara  sekaligus belajar kesuksesan  dari Ratu Shima dan Ratu Kalinyamat tersebut dalam  memimpin pemerintahanya, siapa tahu akan muncul wanita-wanita pilihan  yang sanggup memimpin Jepara kedepan.

Pemerintah Kabupaten Jepara diharapkan mau memberikan ruang gerak  bagi wanita-wanita Jepara  semaksimal mungkin berlatih sikap kepemimpinan, kewirausahaan dan semangat kepahlawanan.

Setidaknya dalam era Jepara modern sekarang  ini harus ada keberanian para wanita Jepara  untuk tampil  mencalonkan dirinya dalam  bursa Pemilihan Bupati  Jepara periode depan.

Pada dasarnya tulisan ini hanyalah sebatas wacana sebagai masukan dan renungan bagi kita semua dalam membangun Jepara Baru yang lebih baik, namun demikian dengan semangat dan tekat bulat yang kuat  seraya senantiasa berdo’a kepada Allah SWT  maka tidak mustahil  akan lahir wanita-wanita  super hebat  yang sanggup memimpin Jepara, membangun nusantara dalam  bingkai NKRI.

( Nur Jenny .FZ  , Jepara ,Alumni MA Muallimat Kudus 2013)

Rabu, 29 Mei 2013

KOMUNITAS MENUJU JEPARA BARU (KMJB)

KOMUNITAS MENUJU JEPARA BARU (KMJB)

Visi  KMJB  yaitu : Bersatu, mewujudkan Jepara Jaya, adil, aman, nyaman, makmur dan sejahtera  dalam bingkai NKRI, gemah ripah loh jinawe.


Misi    KMJB    yaitu :

  1. Mewujudkan Jepara Baru yang lebih baik dan kondusif  bersama-sama dengan    pemerintah , masyarakat, tokoh masyarakat/agama, ormas, parpol, kalangan pengusaha dan pendidikan secara konsisten
  2. Mendorong tumbuh-kembangnya perekonomian Jepara yang berbasis ekonomi kerakyatan
  3. Mendorong terwujudnya penegakan hukum secara adil, tegas dan bijaksana yang terhindar dari adanya praktek “mafia hukum” di Jepara.
  4. Mendorong terwujudnya semangat nasionalisme yang dijiwai nilai-nilai religius dan sikap kepahlawanan Ratu Shima yang jujur dan adil, semangat heroik Ratu Kalinyamat dan nilai-nila positif perjuangan emansipasi wanita RA. Kartini untuk membakar semangat generasi muda dalam membangun Jepara, dan menjadikan NKRI sebagai harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
  5. Mendorong terwujudnya kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Untuk mengantarkan KMJB menuju Jepara Baru yang sesungguhnya sesuai misi dan misinya tidaklah mudah, bahkan kadang ada teman-teman kita yang  memandang  bahwa Jepara Baru adalah ibarat sebuah mimpi disiang bolong dan semua itu hanyalah sebagai fatamorgana dan membuang-buang waktu percuma, opo yo isoooo.....???!!!, andai saja kamu tahu seluk beluk “rimbanya birokrasi”  yang sudah mendarahdaging sedemikian rupa, kata-kata kondusif hanyalah kata ganti untuk semakin memperkuat dan mempertahankan kedudukan betapa enaknya selalu bertahan ditempat-tempat basah pemerintahan....hanya ada satu kata yang paling tepat ikut seruan Iwan Fals, Bongkar...bongkar...dan bongkar.....

 Begitulah kisah nyata yang dituturkan teman-teman ngobrol off line maupun teman-teman on line  yang berkomentar  di jejaring sosial “ Group : “Komunitas Menuju Jepara Baru ”,  ada yang memang  merasa pesimis,  meskipun demikian banyak sekali  teman-teman lain yang memberikan dukungan all out terhadap konsep Jepara Baru, baik melalui on-line maupun secara off-line, ataupun hanya sebatas dukungan moral sekalipun. Apapun masukan dari teman-teman baik yang negatif maupun positif adalah sah-sah saja, itulah dinamika hidup yang penuh dengan warna-warni yang harus kita hargai.

Adanya sebagian teman-teman yang  bersikap pesimis dan skeptis seperti itu adalah sangat wajar dan manusiawi mengingat kondisi Pemerintahan Jepara sekarang ini baru dirundung keterpurukan ekonomi, masih lemahnya penegakan hukum, kualitas pendidikan nasional yang rapuh dan kualitas pelayanan kesehatan yang dinilai masih rendah, belum lagi sikap mental sebagian birokrat yang cendrung KKN  dan belum bisa dijadikan contoh yang baik dalam bekerja dan berinteraksi sosial secara maksimal di lingkungan mereka bertimpat tinggal, kemudian disisi lain sebagian masyarakat merasa jenuh, letih dan lesu dalam berpolitik dan “berpemerintahan”, seakan masyarakat sekarang ini merasa tidak ada lagi tokoh yang dapat dijadikan panutan, sehingga jalan pintaspun akan dilalui dengan prinsip “Jual-Beli” kepentingan,  yang penting tahu sama tahu sama dengan uang.

Dalam menghadapi delematis keragu-raguan teman kita yang pesimis dan skeptis terhadap Jepara Baru, ada jawaban dari Ustad Yusuf Mansur dalam bukunya : ”Semua Bisa Jadi Pengusaha”  yang diterbitkan  Penerbit  Zikrul Hakim,  cetakan pertama 2012, beliau menulis dalam mukhoddimahnya :

“ Menuju Jepara Baru tidak sesulit yang kita kira. Sungguh  ia menjadi mudah buat mereka yang menyakini ini mudah, dan semakin mudah buat mereka yang yakin Allah itu Maha Memudahkan, mereka yang bermodalkan yakin saja agar Jepara Baru terwujud. Maka  seorang mukmin,  sejak yakin dan mau bergerak  memulai, meskipun Jepara Baru belum berwujud, sudah menjadi ibadah jika diniati dengan baik ” 

Apa yang disampaikan Ustad Mansur tersebut adalah menjadi cambuk dan semangat bagi kita untuk mewujudkan Jepara Baru meskipun secara redaksional ada kalimat yang dipinjam untuk menyesuaikan tema ini, yaitu kalimat  Jadi Pengusaha diganti Menuju Jepara Baru (mohon ma’af pak ustad).

Dengan berdoa dan diawali dengan niat yang baik dari setiap individu masyarakat Jepara sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing-masing, kemudian mau bergerak selangkah demi selangkah, bergandeng tangan merapatkan barisan, menyingsingkan lengan baju dengan menerapkan semangat kejujuran dan keadilan Ratu Shima dalam membangun tata kelola pemerintahan, semangat  heroik Ratu Kalinyamat untuk berjuang melawan “KKN Birokrasi” dan semangat kepahlawan RA Kartini dalam memperjuangkan pendidikan dan emansipasi wanita Jepara agar generasi Jepara kedepan tidak miskin ilmu pengetahuan, Jika kita semua memang ada kemauan pastilah ada jalan, setidaknya dalam hatinya mau berdoa , maka Tuhanpun akan mendengarkan dan mengabulkanya. Janji Allah siapa yang mau berdoa kepada-Nya pastilah akan dikabulkanya.

Dr. H. Subroto, SE,MM , saat menulis di Gelora, Edisi 144/Maret 2013 dalam memperingati Hari Jadi ke-464  menjelaskan :

“ Sudah sepantasnya dibalik usia yang sangat mapan untuk ukuran hari jadi sebuah daerah, kita semu, terutama jajaran birokrasi Pemerintah Kabupaten Jepara, bermawas diri dan berintrospeksi diri. Sudah sejauhmanakah eksistensi kita (birokrasi dan lembaga pemerintahan daerah) bermanfaat dan berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Kabupaten Jepara ?”

Memang seharusnya kita merasa malu bahwa Jepara diusianya yang sudah cukup lama yang sudah memasuki hari jadi Jepara ke-464 rating-nya justru semakin menurun yang ditandai rusak dan parahnya bangunan infra struktur terutama jalan-jalan yang semakin tidak layak pakai kalaupun dibangun, itu cuma sekedar tambal menambal, rakyat Jepara tidak butuh jawaban lesan yang hanya membela diri  atas sebuah ketidak mampuan para pemimpin daerah, cobalah kita sedikit melongok ke daerah kabupaten-kabupaten sebelah seperti apa kemajuan di bidang infrastruktunya dan sebagainya?

Sudah saatnya pemerintah daerah bermawasdiri dan berinstrospeksi diri secara bersungguh-sungguh untuk mengatasinya agar tidak ketinggalan dengan kabupaten-kabupaten lainya, kita sekarang ini bukan hidup pada zaman Aladin yang hanya bisa bersila dan bermantra bin salabin langsung dapat apa yang kita inginkan, kita juga tidak hidup pada zaman Walisongo dimana pernah Sunan Bonang waktu ketemu Raden Sahid (waktu masih jadi brandal) bisa menyabda buah aren jadi emas dan sebagainya, tetapi keajaiban Allah  akan datang dengan diiringi semangat bekerja yang keras mengerahkan segala kemampuan secara maksimal, senantiasa berfikir kreatif dan inovatif untuk memecahkan setiap persoalan yang muncul di masyarakat, melakukan pengembaraan dana demi kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya, senantiasa responsif terhadap setiap masukan dan saran dari masyarakat  untuk secepatnya dibahas dan diselesaikan sebagai salah satu wujud nyata terhadap kepedulian seorang pemimpin terhadap rakyatnya.

Sekali lagi masyarakat Jepara butuh bukti bukan janji atau hanya sekedar bosa-basi. Oleh karena itu untuk mensejahterakan rakyat Jepara adalah tanggungjawab para jajaran birokrasi pemerintahan mulai dari hulu sampai hilir, sehingga diharapkan pemimpin daerah Jepara (duet Marzuki-Subroto) harus konsisten terhadap keperpihakan kepada rakyat dan  benar-benar  harus berani pasang badan dalam mensejahterakan dan melindungi rakyatnya khususnya bertanggung jawab terhadap realisasi visi dan misinya serta slogan-slogan yang pernah dijanjikan saat menjelang Pilbub tersebut, itulah pemimpin daerah dan jajaran birokrasi yang bermartabat dan bermanfaat bagi rakyatnya.

Dengan adanya keperperpihakan pemerintah terhadap rakyatnya secara nyata,  konsisten dan bertanggungjawab, maka secara otomatis kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin daerah akan terbangun dengan baik, namun jika hal tersebut terlewati maka lambat laun kepercayaan masyarakat akan menipis dan luntur, seperti yang telah dijelaskan dalam lanjutan tulisan....

“...bahwa salah satu masalah krusial dari menipisnya  kepercayaan publik atas penguasanya justru terletak pada cara berfikir (state of mind) yang telah mendarahdaging dalam praktek tatanan kehidupan politik pemerintahan..oleh karena itu sangat diperlukan keberanian seorang kepala daerah (duet Marzuki-Subroto, red) untuk memikul tanggungjawab besar dalam  mensejahterahkan rakyatnya, berapapun resiko politik yang akan ditanggungnya...”.

Sejatinya untuk membagun kepercayaan masyarakat sangat dibutuhkan keberanian untuk pasang badan  dari para penguasa daerah untuk melakukan perubahan- perubahan tata kelola pemerintahan yang lebih baik, keperpihakan terhadap  ekonomi kerakyatan secara konsisten, tegas,  rela membela dan melindungi secara maksimal terhadap rakyatnya...”

Adapun yang perlu digaris bawahi dari uraian tersebut adalah bahwa untuk menuju Jepara Baru haruslah diniati dengan hati yang tulus,  yakin dan optimis, mau bergerak, berani mengambil resiko dalam melakukan perubahan, baik terhadap tata cara berfikir (sate of mind) maupun terhadap sikap mental birokrat dan lembaga pemerintahan yang selama ini sudah mendarahdaging yang diawali dari segenap para pemimpin daerah dan segenap jajaran birokrasi yang ada mulai dari hulu sampai hilir sekalipun

              Dengan demikian secara tidak langsung akan terbangunya kembali kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sehingga dapat mendorong kepada masyarakat itu sendiri untuk ikut serta membangun Jepara yang lebih baik.

          Sebenarnya apa yang disampaikan dan diuraikan Dr. H. Subroto, SE,MM tersebut dalam artikel Majalah Gelora tersebut adalah salah satu kunci dalam membuka Jepara Baru di bidang ekonomi, hanya saja persoalanya adalah sejauhmana konsistensi dan tanggungjawab moril para pemimpin daerah dan jajaran birokrasi dapat menyerap dan mengimplementasikan teori tersebut dalam tataran kehidupan nyata pemerintahan sekarang ini mapun yang akan datang sampai akhir periode di tahun 2017.

      Oleh karena itu dengan munculnya KMJB (Komunitas Menuju Jepara Baru ) yang didirikan tanggal 10 April 2013, juga akan merespon dan memberikan umpan balik atas beberapa hal atas sebuah  “catatan yang hilang”  dari pemerintah untuk rakyat dan dari rakyat untuk pemerintah sehingga pada akhirnya akan terjadi keseimbangan yang lebih nyata dalam membangun Jepara Baru yang sesungguhnya

       Dalam kondisi seperti sekarang ini hendaknya Pemerintah Jepara selaku pemegang kebijakan dan sekaligus sebagai ”operator demokrasi”,  cepat tanggap dan secepatnya dapat merespon dan mengapresiasi Konsep Jepara Baru  tersebut untuk  dikaji lebih mendalam  dari segi positif-negatifnya agar tidak menjadi  “bola liar”  yang melewati batas sejarah yang berkepanjangan.

KMJB bersifat independen dan terbuka kepada siapa saja yang mempunyai rasa kepedulian dan keinginan  dalam membangun Jepara supaya lebih baik, maka sangat  dipersilahkan untuk bergabung dengan KMJB ini,  begitu juga  KMJB  sangat  terbuka kepada teman-teman lintas agama , suku, petani, nelayan, para pekerja, pedagang, kalangan pendidikan, tokoh agama, tokoh masyarakat maupun ormas, parpol dan sebagainya.

PENGERTIAN JEPARA BARU

         Secara umum KMJB dibentuk oleh LSM Bina Bangsa yang juga tergabung dalam FOR SL Jepara, dengan dibentuknya KMJB maka dalam melakukan aktivitas dan programnya KMJB mempunyai hak otonom di bawah naungan LSM Bina Bangsa.Sebagai tindak lanjut dalam menyikapi istilah Jepara Baru tersebut LSM Bina Bangsa  telah mengirim surat pada Bpk Bupati Jepara tertanggal 14 Maret 2013, kemudian pada tanggal 3 Aprl 2013 setelah dikonfirmasi di bagian Humas ternyata  hasil memo tersebut akan ditindaklanjuti dengan audiensi,  yaitu pada tanggal 13 Mei 2013. Sedangkan audiensi dengan Wakil Bupati Jepara dilaksanakan sebelumnya yaitu pada tanggal 24 April 2013.

Adapun mengenai pokok isi surat tersebut  adalah memuat beberapa permasalahan pokok antara lain : 1). Memperkenalkan istilah Jepara Baru, 2).  Mengusulkan pembuatan buku sejarah Ratu Shima untuk umum dan pendidikan, 3. Mengusulkan Pembuatan film dokumenter  Ratu Shima, 4) Pembuatan Monumen Ratu Shima sebagai simbul dan karakter  semangat mengenang Keadilan dan Kejayaan Ratu Shima dan 5). Mengusulkan untuk mempertimbangkan  keberadaan Patung Macan Kurung yang berada di perbatasan Jepara-Kudus untuk direlokasi ke tempat asal ciri khas masyarakat Mulyoharjo.

Pada prinsipnya pengertian Jepara Baru adalah  sebuah cita-cita luhur terwujudnya tatanan baru pemerintahan Jepara yang lebih baik, kondusif, progresif ,  saling menghormati , menjaga kerukunan antar umat beragama dan golongan serta berusaha  memaksimalkan SDM dan SDA yang ada dengan sebaik-baiknya  demi kemakmuran, kejayaan dan kesejahteraan masyarakat Jepara  yang dilandasi kejujuran dan keadilan yang bermanfaat  untuk kepentingan Masyarakat Jepara dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang, baik  yang bersifat nasional maupun internasional.
                     
           Salah satu kunci menemukan Jepara Baru adalah bagaimana cara memandang dan menembus batas fenomena alam Jepara secara spriritual dan bagaimana cara menyatukan   antara jiwa  masyarakat , jiwa  para Steak holder dengan raganya  sendiri yang selama ini seakan terpisahkan oleh kemiskinan dan rasa keadilan yang terluka,  kemudian diformulasikan dalam bentuk realitas kehidupan nyata dengan semangat baru, batas sejarah dan momentum yang tepat sehingga terjalin komunikasi keseimbangan antara kesucian jiwa dan raganya dalam membangun Jepara Baru  yang sesungguhnya

            Dengan demikian akan sanggup memancarkan  kekuatan energi positif kesetiap individu masyarakat Jepara dan para steak holder  dalam bentuk kesadaran moral dan spritual dalam  membangun Jepara Baru yang lebih baik, kondusif, progesif serta terwujudnya terselenggaranya pemerintahan yang  bersih dan berwibawa.

           Dengan demikian yang dimaksudkan Jepara Baru bukanlah suatu usaha untuk menggantikan pemerintahan yang sudah ada dengan pemerintahan yang baru, melainkan sebuah  tawaran solusi tentang suatu usaha untuk membangkitkan semangat baru dalam membangun Jepara kedepan dengan memanfaatkan momentum hari jadi Jepara yang ke 464 dan Peringatan Hari RA. Kartini sebagai setting mengawali sebuah sejarah baru, terutama menjadikan momentun tersebut sebagai era kebangkitan Ratu Shima dan Ratu Kalinyamat serta  semangat RA. Kartini dalam menuju Jepara Baru.

Sabtu, 25 Mei 2013

R.A. KARTINI PAHLAWAN NASIONAL

RA. Kartini lahir  pada tanggal 21 April 1879  atau tahun Jawa bertepatan 28 Rabiul Akhir  1808 H di Desa Mayong dari pasangan  Pasangan  Raden Mas Adipati  Ario Sosroiningrat  yang semula seorang Wedono Mayong, dengan gadis bernama  MA. Ngasirah anak salah seorang guru ngaji di Telukawur bernama  Kyai Haji Madirono  istrinya bernama Nyai Hajjah Aminah, RA Kartini lahir di Desa Mayong  Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Hindia Belanda (Indonesia). Kakeknya RA. Kartini dari garis keturunan ayahnya bernama Pangeran Ario Tjondronegoro Bupati Demak, beliau termasuk generasi pertama dari pribumi yang menerima pendidikan barat dan menguasai bahasa Belanda dengan sempurna namun mempunyai kepedulian yang mendalam terhadap penduduk pribumi dan pendidikan untuk anak-anaknya.

Tentang Kakeknya Pangeran Ario Tjondronegoro , RA Kartini menjelaskan :
“Almarhum kakekku, Pangeran Ario Tjondronegoro dari Demak, seorang pemula semangat kemajuan, adalah bupati pertama-tama di Jawa Tengah, yang membuka pintu rumahnya buat tamu dari sebrang lautan  : peradaban barat. Semua putra-putrinya, yang mendapatkan didikan barat, menaruh hati  cinta pada kemajuan yang diwarisi dari ayahnya, dan pada giliranya mereka pun berikan pada anak-anaknya didikan yang dahlu mereka terima...”

                 Peraturan Kolonial Belada pada saat itu mengharuskan seorang Bupati harus beristrikan seorang keturunan bangsawan, sedangkan MA Ngasirah bukanlah keturunan bangsawan sehingga ayah Kartini terhalang untuk menduduki Jabatan Bupati Jepara, untuk  menggantikan ayah kandung RA.Woerjan yaitu : RAA. Tjitrowikromo. Untuk bisa menjabat bupati tersebut akhirnya Raden Mas Adipati  Ario Sosroiningrat  bersedia menikah untuk kedua kalinya  dengan Raden Ajeng Woerjan yang masih keturunan  Raja Madura.

                 Dalam bukunya Pramoedya Ananta Toer : Panggil Aku Kartini Saja, beliau menjelaskan bahwa RA. Kartini mempunyai saudara laki –laki seibu bernama Drs. RM. Sosrokartono (seorang ahli bahasa), sedangan saudara lain ibu  RA  Kartini hasil perkawinan ayahnya dengan Raden Ayu Sosroningrat atau yang disebut Raden Ajeng Woerjan (masih keturunan Raja Madura) berjumlah 11 orang diataranya bernama RM Sosrobusono (Bupati Ngawi), RA. Rukmini dan Raden Ajeng Kardinah.

                 RA. Kartini mempunyai dua paman yaitu RMA.  Tjondronegoro yang pernah menjabat Bupati Kudus, Brebes dan Pati , pamanya yang satu lagi bernama PA. Hadiningrat menjabat Bupati Demak yang menggantikan ayahnya bernama PA. Tjondronegoro (Kakek RA. Kartini).

 Raden Ajeng Kartini  yang hidup antara tahun 1879-1904, diperbolehkan bersekolah di sekolah  Belanda yang bernama   Europese Lagere School (ELS) kebanyakan teman-temanya  adalah anak-anak Eropa, khususnya Belanda.  Dia  bersekolah sampai  berumur 12 tahun. Di sini, di antara mata pelajaran lain, dia belajar bahasa Belanda, suatu prestasi yang tidak biasa bagi wanita Jawa pada saat itu. Setelah  menamatkan pendidikanya   RA Kartini  kembali kedalam pangkuan keluarganya yang penuh dengan aturan adat istiadat yang cukup kuat  dimana  seorang  seorang gadis hidup dalam tradisi pingitan yang tidak diizinkan untuk meninggalkan rumah orangtua mereka sampai mereka menikah sampai akhirnya tugas dan kewajiban orang tua mereka dipindahkan ke suaminya. Ayah Kartini lebih ringan daripada beberapa selama masa pingitan  putrinya, ayah Kartini memberikan hak istimewa nya seperti pelajaran bordir dan kadang-kadang tampil di depan umum untuk acara khusus. Selama di rumah, Kartini terus mendidik dirinya sendiri. Karena dia bisa berbahasa Belanda, ia mendapatkan beberapa teman pena Belanda. Salah satunya, seorang gadis bernama Stella dan Rosa Abendanon, menjadi teman dekatnya.

                 Setelah usia RA Kartini menginjak dewasa, orang tuanya  menikahkan putrinya  dengan  RTAA.  DJojohadiningrat, seorang bupati Rembang  yang sudah memiliki  istri, Dia menikah pada tanggal 12 November 1903 dengan dikarunia seorang anak  bernama Raden Mas Singgih Soesalit yang lahir pada pada 13 September 1904. Semasa di Rumah suaminya  Rembang  RA. Kartini  mendirikan sekolah wanita di teras timur Rembang kompleks kantor kabupaten. Beliau wafat pada usia 25 tahun  bertepatan tanggal 17 September 1904 empat hari setelah kelahiranya, di rumah suami tercintanya  di Rembang yang kemudian   dimakamkan di Bulu Desa, Rembang

                 Raden Ajeng Kartini beragama Islam , beliau dikenal sebagai pejuang  pelopor dalam bidang pendidikan dan hak-hak perempuan untuk Indonesia  kemudian banyak pihak  menyebutnya dengan   emansipasi  wanita  yang mengilhami banyak perempuan Indonesia dan dunia barat pada saat itu hingga sampai sekarang ini, pada pemerintahan  Presiden Ir . Soekarno  RA. Kartini  diberi gelar sebagai  pahlawan nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964

B. Sahabat-sahabat RA Kartini

            Selepas pendidikanya dari Europese Lagere School (ELS), Kartini bercita-cita untuk menjadi seorang dokter dan  melanjutkan studinya di luar negeri yaitu Belanda, namun cita-cita tersebut terhalang oleh ayahnya yang tidak meretuinya, meskipun orang tuanya tidak merestuinya namun  ia tetap tunjukkan sikap hormatnya pada orang tuanya.

Semangat belajar Kartini tetap menyala walaupun belum bisa melanjutkan cita-citanya untuk belajar di Eropa , ditengah-tengah keluarganya yang dirasa penuh dengan banyaknya adat istiadat yang mebelenggunya ia ingin sekali memperjuangkan hak-hak kaum perempuan yang dinilai kurang mendapat tempat di masyarakat. Begitu pula dengan agama Islam yang dipeluknya dinilai terlalu rumit dan membosankan karena dia hanya diajarkan cara membacanya saja tetapi tidak mengetahui isi yang dikandungnya dan setiap kali meminta untuk dijelaskan tentang maksudnya, guru ngajinya selalu menolaknya. Ya memang hal itu dapat  dimaklumi karena memang Belanda tidak memperbolehkan menterjemahkan Al-quran dalam bahasa Jawa, hingga suatu saat RA. Kartini menemukan seorang guru ngaji yang bernama Kyai Sholeh Darat.

Ditengah-tengah pergolakan jiwanya yang rapuh tentang pemahaman agama dia hanya mengandalkan naluri hatinya dengan kesimpulan RA Kartini yang penting baginya adalah berbaik hati  kepada sesama dan menolong yang lemah,  dia menganggap bahwa dunia baratlah terutama Belanda  yang dapat dijadikan kiblat dalam mendukung gerakan  perjuangan-perjuanganya dan tempat menggantungkan cita-citanya selama ini.

RA. Kartini selalu mengasah pengetahuanya dengan membaca surat kabar, majalah dan buku-buku yang sekiranya dapat membuka jendela dunia untuk mengantarkan dirinya mencapai impian dan cita-citanya, adapun bacaan-bacaan Kartini tersebut antara lain : Surat Kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brosshooft, Majalah Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan, Majalah Wanita Belanda De Hollandse Leile dengan mengirimkan beberapa kali tulisanya untuk dimuat di sana.

Diantara buku-buku bacaan Kartini berbahasa Belanda yang dibacanya sebelum umur 20 tahun adalah : Max Havelaar, Surat-surat Cinta  karya Multatuli, De Stille Kraacht (kekuatan ghaib) karya Louis Coperus, buku karya-karya Van Eeden yang bermutu tinggi, Agusta de Witt, Buku Roman Feminis Karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan buku Karya Berta Von Suttner yang berjudul Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata), masih ada lagi buku-buku lain yang pernah diberikan oleh  Ny. Abendanon  kepada RA. Kartini.

Namun dengan ketemunya RA. Kartini  pada usia 20 an dengan Kyai Sholeh Darat  di suatu Pengajian di Rumah pamanya di Demak, semuanya mengubah pandangan RA. Kartini tentang islam dan Al-quran meskipun surat-surat kartini terdahulu terlanjur beredar di sahabat-sahabatnya, namun ia sempat mengkoreksinya kembali.

Sebelum ketemu Kyai Sholeh Darat pemikiran Kartini  negatif  tentang Islam dan Al-qur’an rasanya jiwanya ingin memberontak tapi tak kuasa , sehingga ketika ditengah-tengah kegalaun jiwanya tersebut RA. Kartini berkeinginan mempunyai sahabat dari dunia luar yang dianggapnya lebih modern, keinginanya tersebut terwujud dengan perkenalanya dengan Stella (Estelle Zeehandelaar) sahabat dekatnyanya RA Kartini yang diawali perkenalanya lewat sebuah iklan di Majalah De Hollandse Lelie, sebuah majalah wanita yang terkenal pada saat itu dan terbit di Belanda.   Raden Ajeng Kartini (1879-1904)

1. Estella H Zeehandelaar

Sosok  wanita  Estella H Zeehandelaar adalah  seorang perempuan Yahudi pejuang feminisme radikal yang tinggal di Amsterdam, Belanda. Estella- atau yang disebut oleh Kartini dalam surat-suratnya dengan Stella, adalah anak seorang dokter dari keluarga Yahudi. Stella dikenal sebagai pegiat feminisme, sosialisme, aktivis penyayang binatang, dan seorang vegetarian layaknya penganut Theosofi yang cukup berpengaruh saat itu. Stella juga aktif sebagai anggota Social Democratische Arbeiders Partij (SDAP), partai pengusung sosialis-demokrat di negeri Belanda yang ketika itu memperjuangkan sosialisme dan humanisme, feminimisme  termasuk ide-ide tentang kesetaraan gender dan pluralisme.

Perkenalan Kartini dengan Stella berlangsung lewat korespondensi surat-menyurat. Surat pertama ditulis Kartini pada 25 Mei 1899, ketika usianya menginjak 20 tahun. Tak sulit bagi Kartini untuk menjalin hubungan dengan orang-orang Belanda, mengingat sebagai anak priyai Jawa, ia mempunyai akses yang mudah untuk melakukan itu. Teman-temannya semasa di Europese Lagere School (ELS) kebanyakan adalah anak-anak Eropa, khususnya Belanda. Paman dan saudara-saudaranya juga dekat dengan elit Belanda.

                Mengenai persahabatannya dengan Kartini, Stella pernah menulis surat kepada Ny. Nellie van Koll, tertanggal 28 Juni 1902, yang mengatakan, “Kartini dilahirkan sebagai seorang Muslim, dan saya dilahirkan sebagai seorang Yahudi. Meskipun demikian, kami mempunyai pemikiran yang sama tentang Tuhan…”

                Mengenai persahabatannya dengan Kartini, Stella pernah menulis surat kepada Ny. Nellie van Koll, tertanggal 28 Juni 1902, yang mengatakan, “Kartini dilahirkan sebagai seorang Muslim, dan saya dilahirkan sebagai seorang Yahudi. Meskipun demikian, kami mempunyai pemikiran yang sama tentang Tuhan…” Kumpulan surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar bisa dilihat dalam korespondensi Kartini periode 1899-1903, yang kemudian dikumpulkan oleh Dr. Joost Cote dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul, “Aku Mau…Femininisme dan Nasionalisme: Surat-Surat Kartini Kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903″. Buku ini diterbitkan pada 1979 untuk mengenang seabad wafatnya Kartini.

2.  J.H. Abendon
 Abendon ditugaskan oleh Belanda sebagai Direktur Deptemen Pendidikan, Agama, dan Kerajinan. Abendon banyak meminta nasihat dari Snouck Hurgronye (seorang orientalis yang pura-pura masuk islam untuk mencari cara mematikan semangat umat islam di Indonesia). Menurut Hurgronye, golongan yang paling keras menentang penjajah Belanda adalah golongan Islam. Memasukkan peradaban Barat dalam masyarakat pribumi adalah cara yang paling jitu untuk mengatasi pengaruh Islam.

 Tidak mungkin membaratkan rakyat, kecuali jika ningratnya telah dibaratkan. Untuk tujuan itu, langkah pertama yang harus diambil adalah mendekati kalangan ningrat terutama yang menganut agama Islam untuk kemudian dibaratkan. Dan Hurgronye menyarankan Abendanon untuk mendekati Kartini. Nyonya Rosa Manuela Abendanon Mandri atau sering disingkat Ny. RM Abendanon Mandri. Perempuan berdarah Yahudi, kelahiran Puerto Rico ini adalah istri kedua dari Jacques Henri Abendanon, Direktur Kementerian Pengajaran, Ibadat, dan Kerajinan di Hindia Belanda. Ny. Abendanon disebut oleh Kartini sebagai orang satu-satunya yang banyak mengetahui kehidupan batinnya.  Ny. Abendanon juga banyak mengirimkan buku-buku terutama tentang humanisme, diantaranya buku Karaktervorming der  Vrouw   (Pembentukan Akhlak Perempuan) karya Helena Mercier,Modern Maagden (Gadis Modern) karya Marcel Prevost, De Vrouwen an Socialisme (Wanita dan Sosialisme) karya August Bebel dan Berthold Meryan karya seorang sosialis bernama Cornelie Huygens. Kartini juga membaca buku De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus.

Tuan dan Nyonya Abendanon adalah sahabat karib Snouck Hurgronje. Atas saran Snouck-lah, Tuan Abendanon, yang juga berdarah Yahudi, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Pengajaran, Ibadah, dan Kerajinan di Hindia Belanda, diminta untuk mendekati Kartini bersaudara.Snouck yang ketika itu menjabat sebagai Penasehat Pemerintahan Hindia Belanda, meminta Abendanon agar menaruh perhatian lebih kepada Kartini. Tujuannya adalah, merekrut sebanyak mungkin anak-anak priayai agar tercapai proses asimiliasi antara kebudayaan Barat dan pribumi.

Kepada Ny. Abendanon, Kartini pernah menitip pesan agar menanyakan hal yang berkaitan dengan hukum Islam. Kartini menganggap Snouck sebagai orang yang paham Islam, padahal sesungguhnya seorang orientalis yang pura-pura mendalami Islam. Kartini menulis, “Apabila bila Nyonya bertemu dengan teman Nyonya Dr Snouck Hurgronje, sudikah nyonya bertanya kepada beliau tentang hal berikut:Apakah dalam agama Islam juga ada hukum akil balig seperti yang terdapat dalam undang-undang bangsa Barat? Ataukah sebaiknya saya memberanikan diri langsung bertanya kepada beliau? Saya ingin sekali mengetahui sesuatu tentang hak dan kewajiban perempuan Islam serta anak perempuannya. Bagaimana undang-undang agama mereka? Suatu hal yang bagus sekali, saya malu bahwa kami sendiri tidak tahu tentang hal itu…“

3.  Nellie Van Kol (Ny. Van Kol)
Sosok sahabat RA. Kartini adalah seorang penulis yang mempunyai pendirian humanis dan progresif. Dialah orang yang paling berperan dalam mendangkalkan aqidah RA Kartini tentang Islam, Pada awalnya, ia  bermaksud untuk mempengaruhi aqidah Kartini dengan kedatangannya seolah-olah sebagai penolong yang mengangkat Kartini dari ketidakpeduliannya terhadap agamanya sendiri , sebagaimana diakuinya sendiri RA Kartini dalam  isi suratnya :
Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;
Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?

Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.

Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.

Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?
RA Kartini melanjutkan curhat-nya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Ny Abendanon.

“  waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.

Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kitab ini teralu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya “
Nama-nama lain yang menjadi teman berkorespondensi Kartini adalah Tuan H.H Van Kol (anggota Freemason penganut Theosofi *), Ny Nellie Van Kol, Ny M. C.E Ovink Soer, E.C Abendanon (anak J.H Abendanon), dan Dr N Adriani. Kepada Kartini, Ny Van Kol banyak mengajarkan tentang Bibel dan spiritualisme, sedangkan kepada Dr N Adriani, Kartini banyak mengeritik soal zending Kristen, meskipun dalam pandangan Kartini semua agama sama saja.

Ridwan Saidi dalam buku Fakta dan Data Yahudi di Indonesia memiliki cerita lain. Ridwan mengatakan, sebagai orang yang berasal dari keturunan priayi atau elit Jawa dan mempunyai bakat yang besar dalam pendidikan, maka Kartini menjadi bidikan kelompok Theosofi* , sebuah kelompok yang juga banyak digerakkan oleh orang-orang Belanda saat itu. Dalam catatan Ridwan Saidi, orang-orang Belanda gagal mengajak Kartini berangkat studi ke negeri Belanda. Karena gagal, maka mereka menyusupkan ke dalam kehidupan Kartini seorang gadis kader Zionis bernama : Josephine Hartseen.  Gadis Hartseen, menurut Ridwan adalah nama keluarga Yahudi.

            Nama Theosofi*  sendiri diambil dari bahasa latin: Theos yang berarti “God” (Tuhan) dan Sophia yang berarti “wisdom” (Kebijaksanaan). “God” dalam pemahaman Theosofi tidak berarti satu, tetapi merujuk pada setiap hal yang dianggap sebagai “Tuhan”. Karena itu, Tuhan dalam kepercayaan Theosofi punya banyak nama: God, Yahweh, Allah, dl .( coba baca kembali isi surat  Stella kepada Van Kol) Theosofi berkeyakinan bahwa setiap agama sama benar, dan menuju pada Tuhan yang sama. Doktrin ini sekarang serupa dengan gagasan ide Pluralisme Agama. Sedangkan jauh sebelum theosofi, nilai penyatuan agama-agama di dengungkan lewat nama Perenialisme.

C. Pertemuan RA. Kartini dengan Kyai Sholeh Darat

                Setelah sekian lama RA. Kartini berselancar mengarungi dunia melalui korespondensinya dan menemukan banyak sahabat-sahabatnya ternyata baik disadari atau tidak oleh Kartini kebanyakan mereka adalah Kaum Yahudi yang telah beradaptasi dengan agama Kresten di Belanda yang berpaham Theosofi, meskipun banyak dan kuatnya pengaruh dari sahabat-sahabatnya tersebut untuk mempengaruhi alam pikiranya yang waktu itu dia  sedang merasa galau dan kecewa tentang agamanya sendiri yang tidak ia pahami,  namun pendirian kartini tetap utuh dan tegar meskipun dia hanyalah bermodalkan suara hati yang dimiliki, yang penting baginya adalah berbaik hati dan tetap berjuang untuk pendidikan kaum perempuan yang dinilai tidak mendapat tempat yang layak pada kehidupan sosial dan adat istiadat yang dinilai kaku pada saat itu.

                Akhirnya RA. Kartini  atas kehendak Allah dipertemukan  dengan Kyai Haji Muhammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat Mayong yang kemudian biasa dipanggil  Kyai Sholeh Darat yang telah merubah segalanya terutama mengenai Agama Islam. Kartini  sangat tertarik pada terjemahan Surat Al Fatihah yang disampaikan sang kyai Sholeh Darat tersebut ketika ada pengajian di rumah pamannya bernama PA. Hadiningrat seorang Bupati Demak. Saat itu sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga. Kartini ikut mendengarkan pengajian bersama wanita lain dari balik tabir. Kartini tertarik kepada materi yg sedang diberikan, tafsir Al Fatihah, oleh Kyai Sholeh Darat. Setelah selesai pengajian, Kartini mendesak pamannya agar bersedia untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat.

             Kartini menceritakan bahwa selama hidupnya baru kali itulah dia sempat mengerti makna dan arti surat Al Fatihah, yang isinya begitu indah menggetarkan hati. Kemudian atas permintaan Kartini, Kyai Sholeh diminta menerjemahkan Al Qur'an dalam bahasa Jawa.
Berikut adalah petikan dialog antara Kartini dan Kyai Sholeh Darat, yang ditulis oleh Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat.

“Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?”.
Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan Kartini yang diajukan secara diplomatis itu.
 “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kyai Sholeh Darat balik bertanya.
 “Kyai, selama hidupku baru kali ini aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan main rasa syukur hatiku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al_Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Setelah pertemuannya dengan RA. Kartini, Kyai Sholeh Darat tergugah untuk menerjemahkan Al-Qur‘an ke dalam bahasa Jawa. Pada hari pernikahan Kartini pada tanggal 12 November 1903, Kyai Sholeh Darat menghadiahkan terjemahan Al-Quran (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran), jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Ibrahim. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Tapi sayang tidak lama setelah itu Kyai Sholeh Darat meninggal dunia pada tanggal 18 Desember 1903, sehingga belum selesai diterjemahkan seluruh Al Quran ke dalam bahasa Jawa.

Andai saja Kartini sempat mempelajari keseluruhan ajaran Islam (Al Quran) maka tidak mustahil jika ia akan menerapkan semaksimal mungkin semua kandungan ajarannya. Apakah ada pihak-pihak lain yang mengendaki kematian RA. Kartini diusianya yang masih muda? Karena ketidaktundukan RA. Kartini terhadap pemikiran Kolonial Belanda-Yahudi? ,  dan ketika Sahabat-sahabat RA. Kartini sudah tidak sanggup merubah jalan pikiranya  seperti saran –saran  Dr Snouck Hurgronje , apalagi RA  Kartini pada saat itu sudah memegang Al-qur’an yang dicarinya selama ini dan  telah menyelamatkan hidupnya dari kekufuran ?

D. Dari Kegelapan terbitlah Cahaya Terang

                RA Kartini setelah ketemu Kyai Sholeh Darat akhirnya mendapat hidayah dari Allah SWT sehingga surat-surat yang dikirimkan kepada sahabatnya sudah sangat berbeda dengan surat-suratnya yang dulu. Perhatikan  surat RA. Kartini kepada sahabatnya :
Surat Kartini kepada  Nyonya Ovink Soer, Oktober  1900
“..Manusia itu berusaha. Allahlah yang menentukan...”
Surat kartini kepada Nyonya Abendanon, 12 Oktober 1902
“Dan saya menjawab, tidak ada Tuhan kecuali Allah. Kami mengatakan bahwa kami beriman kepada Allah dan kami tetap beriman kepada-Nya. Kami ingin mengabdi kepada Allah dan bukan kepada manusia. Jika sebaliknya tentulah kami sudah memuja orang dan bukan Allah”.
Surat Kartini kepada Nyonya Abendanon, 27 Oktober 1902
“Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut sebagai peradaban?”
Surat Kartini kepada Prof. Anton Dan Nyonya, 4 Oktober 1902.

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama “ (Surat Kartini kepada Prof. Anton Dan Nyonya, 4 Oktober 1902).

Surat Kartini kepada  Nyonya Van Kol , 21 Juli 1902
“Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang Agama Islam patut disukai...”

              RA. Kartini dalam belajar memahami tafsir Al-qur’an Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran hadiah dari Kyai Sholeh Darat, beliau sangat merasakan ada kesan yang mendalam dalam hatinya yaitu ketika membaca dan menafsirkan kalimat “Minadz Dzulumaati Ilan Nuur “ , yang terletak dalam Surat Al-Baqoroh ayat 257.
Artinya :
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah pengguni neraka, mereka kekal didalamnya”

                Ayat tersebut menggambarkan kondisi  kejiwaan  seseorang yang mendapat hidayah iman ,dimana dia mendapat informasi yang sangat terang dan masuk di dalam kalbunya  mengenai kebenaran yang hakiki dari Allah SWT, dan kondisi itulah yang dialami RA. Kartini pada waktu itu, kemudian ia menulis secara khusus atas ungkapan kalimat  “Minadz Dzulumaati Ilan Nuur “ pada petikan ayat 257 pada surat Al-Baqoroh tersebut dengan Bahasa Belanda yaitu dengan ungkapan : Door Duisternis Tot Licht.

             Oleh Armijn Pane  dalam bukunya : Habis Gelap Terbitlah Terang , yang diterbitkan Balai Pustaka Jakarta menerjemahkan Door Duisternis Tot Licht.  Ke dalam bahasa Sastra Indonesia  dengan istilah  Habis Gelap Terbitlah Terang.  Sampai sekarang  istilah tersebut menjadi bahasa baku “ yang disucikan” seakan istilah tersebut menjadi dosa bila diterjemahkan selain istilah tersebut.
                Ada dua terjemahan sastra  mengenai arti  “Minadz Dzulumaati Ilan Nuur “ yang terdapat di dalam Surat Al-Baqorah ayat 257 tersebut kemudian  diterjemahkan  RA. Kartini  ke dalam  Bahasa Belanda menjadi  “Door Duisternis Tot Licht”

1.   Oleh Armijn Pane  diterjemahkan lagi ke dalam Bahasa Indonesia dengan istilah : Habis Gelap Terbitlah Terang,  yang telah dituangkan dalam Buku terbitan Balai Pustaka Jakarta, 1983 tanpa mempertimbangkan asal kalimat dari mana “Door Duisternis Tot Licht”  tersebut diambil, karena di dalam bukunya tidak pernah menyebutkan adanya  petikan ayat di Surat Al-Baqorah yang menjadi sumber inspirasi RA. Kartini dalam menulis “Door Duisternis Tot Licht” tersebut.

2.      Oleh   M.Z. Arifin dari KMJB (Komunitas Menuju Jepara Baru)  menerjemahkan “Door Duisternis Tot Licht”  yang diambil RA. Kartini tersebut  dari  petikan ayat  “Minadz Dzulumaati Ilan Nuur “   dengan istilah : Dari Kegelapan Terbitlah  Cahaya Terang.

Arti “Minadz Dzulumaati Ilan Nuur “ itu sendiri mempunyai arti  “Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)”, Al-qur’an dan Terjemahnya ( CV. Toha Putra Semarang, 1989 , hal : 63).

                 Dari istilah penerjemahan sastra kedua istilah tersebut tentu mempunyai penekanan arti yang berbeda,  “Habis gelap  “. mempunya makna  “ akhirnya sebuah kegelapan  yang terjadi atas sebuah peristiwa yang dialami seseorang atau pada zaman saat itu”, sedangkan  “terbitlah terang”, menunjukkan datangnya sebuah cahaya terang . Namun jika dikaitkan dengan konteks Bahasa Belanda “Door Duisternis Tot Licht” dan ayat  “Minadz Dzulumaati Ilan Nuur “ dalam konteks terjemahan Al-qur’an tersebut, dimana pada ayat tersebut menggambarkan kondisi  kejiwaan  seseorang yang mendapat hidayah iman ,dimana dia mendapat informasi yang sangat terang dan masuk di dalam kalbunya  mengenai kebenaran yang hakiki dari Allah SWT, maka seolah Habis Gelap Terbitlah Terang  tersebut ruh bahasa yang terkandung dalam Surat Al-Baqorah   “Minadz Dzulumaati Ilan Nuur “ tersebut dan arti “Door Duisternis Tot Licht”  yang ditulis RA. Kartini menjadi hilang makna asbabun nuzulnya sebagaimana  yang tercermin dalam perjalan  RA Kartini dalam menemukan pintu hidayah Ilahiyah.

                Terjemahan  “Dari Kegelapan”  lebih mempunyai makna yang senafas dengan petikan  ayat  “Minadz Dzulumaati “ yang artinya “Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)  “,  adalah  senafas dengan Bahasa Belanda Kartini  “Door Duisternis”, sedanglkan istilah    “Menuju Cahaya Terang “ , juga senafas dengan  petikan ayat    “Ilan Nuur “  yang artinya      “kepada cahaya (iman)”, artinya juga senafas dengan    “Tot Licht”  sebagaimana yang ditulis RA. Kartini itu sendiri.

              Penekan kedua istilah tersebut  di atas adalah sangat berbeda, istilah pertama “Habis Gelap Terbitlah Terang”,    lebih  menekankan  keindahan sastranya, sedangkan “Dari Kegelapan, Terbitlah Cahaya Terang” ,  lebih menekankan pada keutuhan  esensi pokok yang tertuang  di dalam ayat  257 dan kehendak tulisan RA. Kartini : “Door Duisternis Tot Licht”  yang mewakili ungkapan jiwa Kartini yang menganggapnya dia baru keluar dari kegelapan hatinya yang bertahun-tahun tidak bisa belajar islam dengan baik, kemudian ia mendapatkan  cahaya terang (iman) yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya melalui sang guru yaitu Kyai Sholeh Darat yang diawali dengan petunjuk, saat Kyai Sholeh menafsirkan surat Al-Fatekhah yang kemudian dilanjutkan dengan diberikanya RA. Kartini sebuah Tafsir  Al-qur’an oleh Kyai Sholeh Darat pada saat pernikahanya dengan suaminya sehingga ia menemukan kalimat “Minadz Dzulumaati Ilan Nuur “ saat ia mempelajari lebih dalam tentang Al-qur’an, itulah makna dan esensi pokok istilah  “Dari Kegelapan, Terbitlah Cahaya Terang”

E.  SEMANGAT RA. KARTINI DALAM JEPARA BARU

                Apa yang bisa kita ambil hikmahnya dari  perjalanan sejarah RA. Kartini dalam Konsep Jepara Baru ?

               RA. Kartini dimata KMJB dalam Era Jepara Baru adalah semangatnya memajukan bangsanya yang luar biasa dan  merupakan sosok perintis pendidikan modern yang kritis, dimana ia hidup pada masa transisi diantara pengaruh budaya lokal Jawa yang kuat mencengkeram dirinya dengan sentuhan pendidikan budaya barat yang mengincar dirinya yang cerdas untuk dijadikan sebuah alat propaganda Kolonial Belanda  yang dipelopori Snouch Hurgronje melalui sahabat-sahatnya RA. Kartini untuk kepentingan Belanda itu sendiri, meskipun usaha-usaha yang memaksa pemikira RA. Kartini tersebut telah gagal.

               Untuk itulah RA. Kartini yang dulunya berkeinginan untuk belajar menjadi guru di Batavia akhirnya menjadi kandas, kegagalan ini juga pernah dialaminya ketika selepas dari Europese Lagere School (ELS) bercita-cita untuk meneruskan studinya di Belanda, namun semangatnya untuk maju tidak pernah kendor. Bahkan RA. Kartini bersama saudaranya Roekmini dan  teman-temanya  dari pelajar STOVIA ( School tot Opleiding van Inlandsche Art atau sekolah dokter Bumiputra) pada tahun 1903 berhasil mendirikan Komunitas Kaum Muda yang diberi nama “Jong Java” (bukan yang didirikan di Jakarta pada 1915 yang kemudian pada konggres di Solo 1918 diubah namanya menjadi Jong Java ).
RA. Kartini dalam suratnya menulis tentang Jong Java tersebut :

“Kami telah mendapat banyak pengikut. Angkatan muda kita telah mendukung sepenuhnya ”  Jong Java” akan membangun persatuan.....Bunda harus membaca surat-surat dari pejoeang-pejoeang kami yang bersemangat  itu, orang-orang muda yang kelak akan bekerja di tengah-tengah bangsanya ......bernyala-nyala hati saya, bergembira akan zaman baru... ”
“...Tahukah kamu apa semboyanku?  “aku mau” !, dan kedua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan, Kata “aku tiada dapat ” melenyapkan rasa berani ......peliharalah api berani gembira itu, janganlah biarkan padam  !....” ( Surat pada  Nona Stella 12 Januari 1900).

               Adapun yang dimaksud Jong Java oleh RA. Kartini adalah sebuah komunitas tempat berkumpul dan berdiskusinya para kaum muda terpelajar untuk melakukan gerakan moral dalam ikut serta membangun kemajuan bangsanya yang dirasa pada saat itu “Masyarakat Jawa” tidak lagi memperdulikan nasib bangsanya sendiri yang terjajah oleh Kolonial Belanda. RA. Kartini benar-benar ingin mengajak teman-temanya dan para penguasa pribumi untuk bangkit dari tidurnya yang panjang.

               Kondisi zaman pada era perjuangan RA. Kartini dengan kondisi perjuangan pada zaman sekarang ini tentulah berbeda, meskipun saat ini berbeda bentuk dan Indonesia sudah merdeka, namun inti penjajahan tersebut masih sangat terasa hadir dalam kehidupan kita, yaitu terjajah ekonominya dari  cengkraman kaum kapitalis, terjajah dari derasnya pola budaya barat yang bersifat negatif serta terjajahnya rakyat dari kaum ”bangsawan birokrat”  yang korup dan KKN, juga terjajahnya rakyat dari rasa kurangya rasa empati dan kepedulianya terhadap nasib rakyat kecil yang masih banyak hidup di bawah garis kemiskinan.

Konsep Pendidikan RA. Kartini

                   Menurut  pandangan RA. Kartini bahwa untuk membangkitkan rasa berbangsa , maka haruslah dimulai dari kalangan atas (bangsawan) sampai kalangan bawah pertama-tama yang harus dimulai/dibutuhkan adalah pendidikan nalar dan budi pekerti (“Naast’t hoofd hart geleid worden”) sebagaimana yang diungkapkan Dri Arbaningsih dalam “Kartini dari Sisi Lain”, 2005:4

                  Salah satu usaha yang dirintis RA. Kartini dalam mewujudkan gagasan dan ide-idenya tersebut adalah disamping membentuk Komunitas Kaum Muda yang diberi nama “Jong Java”, dia juga mendirikan sekolah untuk kaum perempuan, cita-citanya untuk mengangkat drajat kaum wanita dan memajukan pendidikan kaum wanita  tersebut berhasil diwujudkan setelah menikah dengan RTAA.  Djojohadiningrat, dia  diberi kesempatan oleh suaminya untuk mendirikan sekolah  wanita di teras timur Rembang kompleks kantor kabupaten.

                  Konsep pendidikan RA. Kartini berbasis  “kurikulum terbuka” ,  maksudnya adalah pengembangan proses pendidikan yang berorientasi pada  pengembangan kebebasan cara berfikir kreatif-inovatif (daya nalar) yang diimbangi dengan mengutamakan sikap sopan santun (budi pekerti)  yang baik dalam pergaulan sehari-hari baik disekolah maupun di masyarakat.  Seorang anak dididik berdasarkan watak dan potensi yang dimilikinya untuk diproses dan dikembangkan secara maksimal sekaligus  mendorong anak untuk menemukan jati dirinya melalui kesadaran dalam belajar dan mau bertirakat (puasa dan berdoa), semangat anak haruslah tetap dipupuk dan dibesar-besarkan oleh pendidik laksana bunga melati yang berkembang di dalam hati.

                 Tugas seorang guru adalah membimbing dan mengarahkan , memotivasi dan memberikan kasih sayang, mengajarkan dan mempraktekkan yang semua itu dilandasi kasih sayang  yang tulus dan rasa tanggungjawab sehingga terjalin komunikasi dan ikatan emosional yang  berkesinambungan antara anak dan gurunya, jadi seorang guru tidak hanya  sekedar mengajar dan sebatas mentransfer ilmunya saja, seorang guru juga diharapkan menguasai apa yang diajarkan, tidak setengah-setengah terutama guru bahasa. Metode dan bahasa pengajaran haruslah disesuaikan dengan bahasa yang dimengerti, kondisi dan kemampuan seorang anak sesuai bahasa yang bermula , sesuai pula tahapan demi tahapan  pertumbuhan anak tersebut.

                Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah agar seorang anak mempunyai daya kemampuan berfikir kreatif-inovatif yang dapat mengembangkan bakat, ketrampilan dan potensi yang dimilikinya untuk dijaga supaya tetap berkembang di dalam hati bagaikan bunga melati, mempunyai budi pekerti yang mulia, bisa beradaptasi dengan masyarakat, ilmunya bisa bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, termasuk  keluarganya, agamanya, nusa dan bangsanya.

                 Dengan kata lain bahwa pendidikan bukan hanya sebatas proses formalitas semata untuk mengejar nilai akademis semata dan hanya untuk memenuhi kebutuhan ilmu untuk dirinya sendiri, tetapi bagaimana proses pendidikan tersebut dapat bermanfaat bagi orang lain dan  membekas dalam diri seorang anak  secara berkesinambungan yang diwujudkan dalam sikap sopan santun, taat beribadah, menghormati  kepada orang tua dan gurunya.
Surat RA. Kartini kepada Nyonya Abendanon, 15 Agustus  1902 :

“Ada suatu kali datang seorang anak kepada seorang perempuan tua, bertanyalah orang tua itu...”apa kehendakmu nak..?, karena tiada barang suatu apa kepunyaanku, tiada makanan yang enak-enak, tiada barang perhiasan maupun pakaian...?”, dan jawab anak itu :  “...bukan barang yang enak-enak ibu, bukanlah barang perhiasan, bukan pakaian yang aku kehendaki...wahai ibu, berilah saya bunga melati yang berkembang di dalam hati” ...bagaimana rasanya, aduhai....dengarkanlah dia dalam bahasa yang bermula, dengarlah permintaan anak itu, alangkah manisnya, di dalamnya maksudnya, perumpamaan tembangnya....yooo naaa ...sekar melati ingkang mekar ing njeroning ati......Tuan, kami kini sedang mempelajari nyanyian bukan nyanyian beriang-riang hati, adakah pernah engkau dengar bangsa kami bernyanyi riang-riang? pada pesta yang seriang-riangya?.....hidup ini adalah rindu bukanlah nyanyian keriangan hati. Alangkah indahnya bagaikan di dalam mimpi terdengar suara lagu yang suci ,damai,  rata, nyaring membawa kami  melambung tinggi ke taman surga  bahagia .....”

                    Dalam kelanjutan surat RA. Kartini tersebut dijelaskan bahwa dalam mendidik anak haruslah juga mendidik watak dan memupuk kemauan  anak sebesar-besarnya secara terus menerus, dan untuk bisa menerima pelajaran yang diibaratkan bunga-bunga yang  berkembang banyak sekali yang tiada habis,  tidak bisa diperoleh dengan begitu saja, melainkan haruslah membelinya yaitu dengan puasa (sunnah), berjaga-jaga waktu (mengerjakan sholat lima waktu dengan istiqomah), senantiasa bersepikan diri untuk senantiasa bertafakkur/berdzikir  kepada Allah adalah dapat membuka nur cahaya Allah ke dalam hati seseorang, mustakhil bagi kita untuk memperoleh nur cahaya itu tanpa mau berusaha dengan sungguh-sungguh....habis malam terbitlah siang dari kegelapan terbitlah cahaya terang.

             Bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai istilah “kepribadian.” ,, jadi watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih bisa mengalami pertumbuhan atau perkembangan.Watak sangat bergantung pada faktor-faktor eksogen (lingkungan pendidikan, pengalaman, dan sebagainya). Untuk itulah kenapa RA. Kartini sangat menganjurkan pendidikan watak secara terus menerus.

Yayasan Pendidikan Anak Bangsa “RA. Kartini”

             Perjuangan RA. Kartini  dibidang pendidikan dalam konsep Jepara Baru dijadikan tonggak awal dalam membangun Jepara Baru seutuhnya baik melalui pergerakan moralnya membentuk KMJB (Komunitas Menuju Jepara Baru) seperti halnya dulu RA. Kartini mendirikan  Komunitas Kaum Muda yang diberi nama “Jong Java”  maupun dengan mendirikan sekolah yang secara spesifik  mengadopsi  dan mengeksplorasi beberapa konsep pendidikan RA. Kartini yang “berbasis Kurikulum Terbuka” yang diwujudkan dalam sebuah yayasan dengan nama : Yayasan Pendidikan Anak Bangsa “RA. Kartini”, mengingat terlalu lambat bilamana harus menggantungkan kebijakan  pemerintah pusat.

                 Pendidikan Berbasis Kurikulim Terbuka mengisyaratkan merampingkan Mata Pelajaran yang selama ini ada, mengurangi beban materi pelajaran anak yang dirasa belum perlu pada kronologis usianya, menerapkan komposisi proses belajar mengajar 50% teori dan 50% praktek, menekankan pengembangan kebiasaan berfikir kreatif-inovatif (daya nalar) dan sopan santun, membatasi hanya maksimal 20 siswa  secara genetikal miskipun masih dalam satu lingkungan sekolahan, dalam 1 kelas, mewajibkan mengikuti tes potensi diri melalui program Brain Sinopsis sebagai dasar untuk mengetahui potensi anak dan pengelompokan kelas, Ruangan Kelas dilengkapi peralatan  komputer,visual/audio visual dan jaringan internet yang sudah diseterilkan maupun  peralatan lain yang menunjang, khusus bahasa diwajibkan menggunakan native speaker dari sumber bahasa langsung secara berkala, sedangkan untuk agama juga melibatkan tokoh agama/ulamak setempat secara berkala  terutama dalam pengujian praktek ibadah dan sebagainya.

                 Jadi keberhasilan proses belajar Berbasis Kurikulim Terbuka mengajar tidak semata-mata dilihat dari hasil Ujian Nasionalnya melaikan seberapa jauh seorang anak bisa diserap secara langsung ilmunya bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain. Contoh dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam : bagaimana seorang anak bisa bersuci, berwudlu, membiasakan dan mengerjakan sholat wajib dan Janazah atau shalat sunnah lain dengan benar yang sudah teruji atau disertifikasi seorang ulamak setempat yang dianggap sudah representatif ilmu agamanya atas sebuah proses pembelajaran yang telah dilakukan guru sekolahnya.

                Contoh lain di bidang bahasa inggris misalnya, bagaimana seorang anak didik setelah menyelesaikan tingkat SD/Mi sudah bisa belajar Bahasa Inggris dengan cepat sehingga bisa berbicara Bahasa Inggris secara lancar sekaligus bisa menulis dan menejemahkan teks-teks berbahasa Inggris, jika ditingkat SD/MI belum tercapai maka wajib baginya untuk bisa di tingkat SMP/MTs. Untuk itulah kenapa harus satu paket mulai Pra TK sampai tingkat SMP/MTs begitu juga mengapa  Juga sampai jam 3 sore baru pulang sekolah.

                Mata Pelajaran yang sudah dirampingkan tersebut meliputi : 1). Pendidikan Agama, 2).Pendidikan Budi Pekerti dan Seni Budaya, 3). Pendidikan Bahasa, 4). Kecakapan Berhitung, 5. Ilmu Pengetahuan Umum, 6. Pendidikan Ketrampilan dan 7). Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan, sedangkan untuk mapel-mapel lain dimasukkan pada sub indikator kedalam 7 mapel yang serumpun atau mendekati. Muatan materi pelajaran disesuakan berdasarkan kebutuhan pragmatis dan kondisi kemampuan anak secara riil yang bisa diserap langsung oleh orang tua atau lingkunganya dimana siswa bertempat tinggal.

                Disamping itu ada kesinambungan materi kurikulum secara paket, maksudnya konsep pendidikan Berbasis Kurikulum Terbuka ini sengaja dirancang khusus agar mulai usia pra TK, TK, SD/MI dan SMP/MTs  masih dalam 1 lingkungan sekolah yang sama agar terjadi kesinambungan kurikulum melalui pemantuan catatan fortofolio anak didik sehingga dapat diukur tingkat kemajuanya seorang anak berdasarkan potensi awal yang dimiliki anak didik tersebut. Waktu belajar sampai dengan Jam 3 sore (kecuali Pra TK, TK dan SD/MI sampai kelas II), untuk mengurangi ruang gerak anak dalam bermain, kecuali bagi siswa yang khusus mengikuti pendidikan khusus informal, oleh karenanya di dalamnya juga dilengkapi berbagai  hiburan yang bersifat mendidik seperti home theater,musik, permainan atau game-game positif yang bisa mengendorkan syaraf kejenuhan sekaligus dapat merangsang daya kreatifitas anak sewaktu sedang bermain tersebut.

                 Hari masuk tetap 6 hari kerja, libur di hari Jum’at hanya saja khusus hari ahad menggunakan model pembelajara out dor yang sudah terstruktur di dalam kurikulum, sehingga mapel yang dikhususkan untuk hari ahad adalah Pendidikan Olah Raga-Kesehatan, Pendidikan Bahasa  dan Pendidikan Agama praktek ibadah

                  Mengingat pada usia Pra TK s/d SD/MI merupakan masa-masa emas yang sensitif maka tenaga pendidiknya justru haruslah yang benar-benar prfesional dibidangya, akan tetapi dalam perekrutan tenaga pendidik tidak didasarkan  semata-mata pada seberapa tinggi tingkat pendidikanya, bersertifikasi atau tidak, akan tetapi sejauhmana seorang pendidik tersebut benar-benar mampu memberikan motivasi yang terbaiki dan sanggup membangkitkan semangat anak didiknya untuk belajar, bisa mengeksplorasi potensi anak secara maksimal untuk dikembangkan sesuai kemampuanya, menguasai materi pelajaran  yang diajarkan dengan sesungguhnya serta mampu membangun komunikasi dan menjalin hubungan emosional antara seorang pendidik dengan peserta didik dan sebagainya.

Ratu Kalinyamat Pendekar Wanita Jepara

RATU KALINYAMAT SANG PENDEKAR WANITA JEPARA
 YANG PANTANG MENYERAH

A.      PERJUANGAN RATU KALINYAMAT
Ratu Kalinyamat adalah keturunan Sultan Fattah  yang merupakaan Raja Islam Pertama di Pulau Jawa yang berada di Kesultanan Demak Bintoro.  Ratu Kalinyamat merupakan Sang Pendekar Wanita Jepara  sebagai sosok wanita cantik yang gagah perkasa ,  mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan yang pantang menyerah . Hal ini dibuktikan  saat melakukan perlawanan dengan mengirimkan armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574, Maka  tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA' SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Ratu Kalinyamat  nama aslinya Ratu Retno Kencono, beliau adalah anak dari Sultan Trenggono Raja ketiga Kesultanan Demak Bintoro ( 1521-1546). Beliau dinikahkan dengan Pangeran Toyib seorang putra Sultan Mughhayat Syah, Raja dari Kerajaan Aceh (1514 – 1528 ),  pada tahun 1536 oleh kesultanan Demak semasa ayahnya masih hidup  Ratu Kalinyamat beserta suaminya diberi wilayah sendiri yaitu  Jepara yang terletak di Pantai  Utara Pulau Jawa,  Pangeran Toyib akhirnya diangkat menjadi Adhipati Jepara dengan gelar Sultan Hadlirin.
    Ayahanda Ratu Kalinyamat yaitu Sultan Trenggono merupakan penerus perjuangan ayahandanya yang bernama Pati Unus (Muhammad Yunus) Raja kedua Kesultanan Demak Bintoro, sedangkan Raja Pertamanya adalah Sultan Fattah yang masih keturunan Brawijaya V hasil perkawinanya dengan Putri Cina  dari Dinasti Ming yang dipinpin Kaisar Yan Lu.
     Sejak kecil Sultan Fattah  tidak dibesarkan di istana Majapahit melainkan lahir dan besar di lingkungan istana Adhipati Palembang sampai usia 20 tahun dan setelah itu datang ke Jawa untuk belajar ke Sunan Ampel beliu juga mendapat dukungan dari utusan Kaisar Cina yaitu Laksamana Cheng Ho (Dampo Awang) seorang Panglima Muslim , disana beliau juga belajar bersama teman-teman lainya yaitu Sunan Giri, Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Setelah dianggap cukup akhirnya Sultan Fattah menuju Bintoro Demak yang diiringi Sultan Palembang, Arya Dilah beserta para rombongan lainya, hal ini dikarenakan Bintoro direncanakan akan dijadikan pusat kerajaan islam di Jawa oleh para walisongo.
Dalam masa pemerintahan Raden Fattah, Demak sangat berhasil dalam berbagai bidang, diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan, pengembangan islam serta penerapan musyawarah dan terjalinya kerjasama antara ulama dan umara (penguasa). Pemerintahan Kerajaan Islam kemudian diterukan Pati Unus (Muhammad Yunus) sebagai raja kedua, kemudian Raja Ketiga dilanjutkan saudaranya yaitu Sultan Trenggana.
   Semasa pemerintahan Sultan Hadlirin yang dibantu istrinya Retno Kencono kondisi pemerintahan Jepara berjalan aman, tentram dan sejahtera, namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, maka ketika terjadi kekosongan sementara dalam pemerintahan terjadilah  kekisruhan perebutan kekuasaan di dalam istana kerajaan Demak dimana pada waktu itu Sunan Prawoto ( anaknya Sultan Trenggono) dibunuh oleh Ariya Penangsang sekaligus menguasai pemerintahan kerajaan Demak Bintoro termasuk wilayah yang dikuasai adhipati Jepara yaitu Sultan Hadlirin.
Imbas adanya kekisruhan di Kerajaan Demak tersebut dengan meninggalnya Sultan Hadlirin  pada tahun 1549 yang dibunuh oleh anak buahnya Ariyo Penangsan,  meskipun akhirnya Ariya Penangsang (keponakan Sultan Prawoto) terbunuh oleh Jaka Tingkir  (Sultan Hadiwijaya),  Jaka Tingkir adalah menantu Sultan Trenggana   Raja kedua Kerajaan Islam Demak sebab istrinya adalah anakya Sultan Trenggana (Raja ketiga kerajaan Demak Bintoro).

   Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono ( Ratu Kalinyamat) sangat berduka yang mendalam dan berkeinginan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja Tulakan, yang dikenal oleh masyarakat dengan tapa  senjang rambut.
Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan Ratu Kalinyamat tersebut adalah bertapa dalam pengengertian melakukan tapa untuk mencari ketenangan jiwa  dengan melepaskan semua pakaian kebesaran kerajaan yang dulunya diberikan ayahnya kepadanya bersama suami tercintanya Sultan Hadlirin sewaktu masih menjabat Adhipati Jepara, tetapi ada juga yang berpendapat lain mengenai pengertian tapa senjang rambut tersebut  diartikan telanjang badan, Bila dipahami secara logika, seorang Ratu Bangsawan yang masih memilki nilai-nilai adat ketimuran yang cukup kuat adalah kurang relevan bila diartikan  terlalu berlebihan bila Ratu Kalinyamat melakukan tapa dengan telanjang badan, hal ini mengingat Ratu Kalinyamat dalam melakukan pertapaan tidak hanya di Tulakan saja melainkan ada beberapa tempat yang juga ditempati bertapa yaitu antara lain di Desa Mantingan dan di Daerah Jepara Kota (sekarang ditempati Penjara).
  Jadi perpindahan kegiatan bertapa dari satu tempat ke tempat lain dengan jarak yang jauh tentu tidak logis jika hal itu dilakukan dengan telanjang, disamping itu hanya gara-gara ditinggal mati oleh suaminya Sultan Hadlirin dan saudaranya Sunan Prawoto di tangan Ariya Penangsang, meskipun sebenci apapun tentu melakukan tapa bertelanjang adalah bukan suatu pilihan untuk seorang anak bangsawan yang mempunyai daya linuwih.
  Setelah suasana mereda dengan terbunuhnya Aryo Penangsang oleh  Sultan Sutowijoyo (Jaka Tingkir), Ratu Retno Kencono akhirnya  bersedia turun dari pertapaan untuk menggantikan kedudukan suaminya Sultan Hadlirin, beliau akhirnya dinobatkan sebagai Penguasa Jepara pada tanggal 10 April 1549 dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT, sehingga masyarakat Jepara untuk mengenangnya, maka setiap  tanggal 10 April dijadikan hari peringatan Hari Jadi Jepara yang  ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import. disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak. Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, sehingga banyak negara asing yang ingin menguasai Pulau Jawa termasuk Portugis.
Penjajahan  Portugis
  Sewaktu masih dalam pemerintahan Pati Unus ( ayah Sultan Trenggono), Jepara dibangun menjadi kota niaga. Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara, begitu juga  jiwa ptriotik pantang menyerah tertanam pada Sultan Trenggana yang meninggal  dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546 
Jiwa patriotik dan pantang menyerag dari ayah dan leluhurnya juga diwarisi oleh Ratu Kalinymat yang ditunjukkan dan dibuktikan  dalam berbagai pertempuran saat melawan pejajahan Portugis
Dalam melakukan serangan terhadap Portugis, Sang Ratu Kalinyamat yang gagah berani ini melibatkan hampir 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka,  tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat tersebut. Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah Bangsa Portugis,
    Kekalahan Ratu Kalinyamat  dalam melawan penjajahan Portugis tersebut tidak menyurutkan semangat perjuangan dan perlawananya terhadap Portugis dimana saat itu Negara Portugis di abad 16 memang  sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia yang sudah dilengkapi persenjataan yang canggih.

  Selang dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan lagi armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai "“QUILIMO”.
    Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini,  terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.

   Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Laskar Kalinyamat Jepara dibawah kepemimpinan Ratu Kalinyamat  dengan Portugis, sampai sekarang ini masih terdapat  Komplek Kuburan di Malaka yang disebut sebagai Makam Tentara Jawa. 
   Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat disamping terkenal seorang wanita cantik yang gagah perkasa berjiwa patriotik pantang menyerah, beliau juga terkenal wanita yang kaya raya karena kegigihanya dalam melakukan dagang baik dalam negeri maupun perdagangan luar negeri sehingga  orang  Portugis  menyebut Sang Ratu dengan  “RAINHA DE JEPARA' SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
   Disamping itu Ratu Kalinyamat Ini Juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina. Kita berharap agar ke depan produksi seni ukir Jepara dapat jaya kembali seperti pada masa pemerintahan Ratu kalinyamat tersebut.

B. RATU KALINYAMAT DALAM ERA JEPARA BARU
   Dalam era Jepara Baru jiwa Patriotik Ratu Kalinyamat justru menjadi titik awal semangat membangun Jepara Baru apapun resikonya, Jika Ratu Shima terkenal kejujuran dan keadilanya di bidang hukum dengan kondisi rakyatnya yang makmur  dan sejahtera karena belum ada kaum penjajah seperti Bangsa Portugis yang bersenjata canggih, maka pada jaman Pemerintahan Ratu Kalinyamat banyak terjadi intrik politik dalam internal kerajaan belum ditambah dengan adanya kaum penjajah Bangsa Portugis, maka kondisi Ratu Kalinyamat memang dihadapkan posisi yang serba sulit namun berkat kegigihanya semua cobaan tersebut dapat dilaluinya dengan baik.
   Apa yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat tersebut merupakan sosok pemimpin yang  berjiwa besar, bertanggungjawab terhadap rakyatnya dan masyarakat Jepara agar tidak dijajah dan diinjak-injak oleh kaum penjajah sehingga apapun resikonya harus dilakukan, beliau bukan tipe pemimpin yang hanya mencari titik aman saja, selalu ragu-ragu dan berhitung-hitung  untuk mengembalikan biaya awal menuju tahta dan mengutamakan kepentinganya sendiri  atau kelompoknya.
   Jepara Baru kedepan sangat dibutuhkan jiwa-jiwa Ratu Kalinyamat dan Ratu Shima yang tegas, jujur, adil, responsif dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya, sanggup melindungi rakyatnya dari penjajahan ekonomi dan ketidakadilan hukum, memberikan rasa aman dan nyaman terhadap rakyatnya sebagai upaya untuk mensejahterakan rakyatnya munuju kondisi wilayah Jepara gemah ripah loh jinawe.
Sudah saatnya para pemimpin daerah sekarang ini mempersiapkan generasi-generasi masa depan  dan  memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi wanita-wanita tangguh  masa depan untuk tampil ke panggung pemerintahan Jepara sehingga akan lahir kembali  wanita-wanita tangguh dan perkasa berjiwa Ratu Kalinyamat dan Ratu Shima sebagai penerus perjuangan bangsa yang telah terbukti  dalam sejarah Jepara justru seorang wanitalah yang sanggup membawa Jepara menuju kejayaan dan kesejahteraan, gemah ripah loh jinawe.
    Sosok kepemimpinan Ratu Kalinyamat menunjukkan sikap konsistensi  (baik sebelum atau sesudah dinobatkan sebagai Penguasa Jepara) terhadap sebuah perjuangan dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan Portugis  maupun dalam mensejahterakan kehidupan rakyanya dan terkenal kaya raya sehingga tidak haus lagi akan godaan korupsi dan kepentingan pribadi dan keluarganya.
Ratu Kalinyamat juga sosok pimpinan yang responsif dan agresif dalam menyikapi berbagai persoalan ketatanegaraan dan kemasyarakatan walaupun ditengah-tengah menumpuknya persoalan pemerintahan yang ada beliau tetap memperhatikanya dan tidak menunda-nunda pekerjaan dan pelayanan terhadap rakyatnya.
Rakyat kecil tidak memahami persoalan pemerintahan yang berbelit-belit, tetapi yang dibutuhkan adalah apa yang bisa dimakan hari ini dan besuk, bukan suatu alasan-alasan pembenaran atas sebuah janji-janji manis yang tidak ditepati ataupun hanya sebuah  sikap atas ketidakmampuan seorang pemimpin, hal inilah yang dipahami betul oleh Ratu Kalinyamat dalam memimpin selama pemerintahanya.

C.  SAATNYA JEPARA JAYA
    Dalam usianya yang sudah ke-464 ini tentunya Jepara seharusnya sudah jaya mengingat para pendahulu kita sangat berhasil dalam membangun Jepara menuju kejayaan, tetapi jika sekarang ini belum terwujud kejayaan tersebut tentunya ada beberapa peersoalan mendasar yang harus kita koreksi bersama dengan menggunakan beberapa indikator  utama.
    Akan tetapi sebelum melangkah menggunakan indikator tersebut ada prasyarat utama  yang harus dipahami bagi para pemimpin daerah tersebut yaitu sebuah filosofi Jawa yang sangat penting, yaitu : lembah manah, ngapes, ngalah, ngasor lan ngegungke liyan

Putri Shima Sang Ratu Kejujuran & Keadilan

A. SEJARAH SINGKAT RATU SHIMA

Sejak dulu ternyata Kota Jepara telah menghasilkan 3 tokoh wanita yang sangat tangguh dan fenomenal yang  tercatat dalam sejarah Indonesia, yaitu Ratu Shima, Ratu Kalinyamat serta RA Kartini. Presiden Soekarno pada tanggal 2 Mei 1964 sosok RA. Kartini dinyatakan sebagai pahlawan nasional.
Secara histioris Ratu Shima berasal dari kerajaan Kalingga (sekitar abad ke 6). Ratu Shima merupakan sosok pimpinan yang  jujur adil dan tegas  sehingga sangat dicintai oleh rakyatnya. Sebagai penguasa tunggal di Kerajaan Kalingga, Ratu Shima dikenal memiliki peraturan yang tegas soal pencurian. Hukum potong tangan diterapkan bagi siapa saja yang mencuri barang milik orang lain. Hukum yang dibuat itupun berlaku untuk seluruh rakyat termasuk keluarga kerajaan. Sebuah bentuk persamaan hak di mata hukum. Salah satu perundangan yang benar-benar dipegang teguh adalah potong tangan terhadap para pencuri, meski yang melakukan hal itu anaknya sendiri sekali pun.
Ratu Shima adalah ratu penguasa Kerajaan Kalingga yang terletak di pantai utara Jawa Tengah sekitar tahun 567 M. Ia menerapkan hukum yang keras dan tegas untuk memberantas pencurian dan kejahatan, dan mengajarkan  rakyatnya senantiasa jujur. Dalam sejarah dikisahkam ada seorang raja asing yang meletakkan kantung berisi emas di tengah-tengah persimpangan jalan dekat alun-alun ibu kota Kalingga. Raja asing ini melakukan hal itu karena ia mendengar kabar tentang kejujuran rakyat Kalingga dan ratunya yang adil bijaksana dan tegas sehingga  raja itupun berniat menguji kebenaran kabar tersebut.
Kenyataanya memang benar sejak kantong berisi emas tersebut diletakkan sampai waktu yang sangat lama tidak seorangpun berani menyentuh kantung yang bukan miliknya itu, sehingga suatu hari tiga tahun kemudian, ada sang putra mahkota secara tidak sengaja menyentuh kantung itu dengan kakinya. Akhirnya  Sang Ratu menjatuhkan hukuman potong tangan kanan terhadap pangeran untuk dijadikan contoh kepada rakyatnya bahwa hukum itu harus adil, tegas dan tanpa pandang bulu.
Menurut Carita Parahyangan Cicit Ratu Shima adalah Sanjaya yang menjadi Raja Galuh, dan menurut Prasasti Canggal adalah pendiri Kerajaan Medang di Mataram. Berdasarkan Naskah Wangsakerta disebutkan bahwa Ratu Shima berbesan dengan penguasa terakhir Tarumanegara.
Nyidam
Nyidam merupakan hal yang lumrah bagi wanita hamil. Siapa saja tatkala hamil seringkali merasakan yang namanya Nyidam. Bahkan, seorang ratu pun bisa merasakan nyidam saat hamil. Nyidam selalu diidentikan dengan permintaan atau keinginan yang aneh-aneh. Sehingga, seringkali membutuhkan pengorbanan untuk memenuhi nyidam itu. Meski sulit dan butuh pengorbanan nyidam harus terpenuhi, jika nyidamnya tidak terpenuhi, mitos yang beredar luas di masyarakat, konon kelak ketika si jabang bayi lahir akan selalu ngiler (mengeluarkan air liur).
Sebagai wanita, Ratu Shima kala tengah mengandung tujuh bulan pun mengalami rasa nyidam. Meskipun seorang ratu, Ratu Shima kala itu nyidam buah kecapi. Buah yang rame rasanya, manis-asam-segar. Sang Ratu Shima ingin mencari dan memetik sendiri buah yang diingini itu. Ratu Shima tak ingin mengutus punggawanya mencarikan buah tersebut. Pasalnya, Ratu Shima khawatir jika mengutus punggawanya, begitu kembali ke hadapannya buah yang diingini sudag tidak segar lagi.
Dari Keling rombongan berjalan kaki menuju ke arah barat. Setengah hari berjalan Ratu Shima belum juga menemukan buah yang diidamkan itu. Beberapa desa pun sudah dilewati, tapi hasil pencariannya itu masih nihil. Saat tiba di suatu wilayah yang banyak ditumbuhi pohon rembulung, Ratu Shima beserta pengikutnya beristirahat. Kini tempat yang dijadikan peristirahatan tersebut diberi nama Desa Bulungan. Setelah rasa lelah hilang, rombongan kembali melanjutkan perjalanan ke arah selatan. Baru berjalan beberapa waktu, para punggawa Ratu Shima berteriak, "kecapi... kecapi....kecapi," berulang ulang. Ya, ternyata mereka telah menemukan sejumlah pohon kecapai yang tengah berbuah lebat. Tanpa ragu lagi, Ratu Shima segera rutun dari tandunya. Bergegas memetik buah kecapi yang diidamkan itu. Oleh sebab itulah, wilayah di sebelah selatan Desa Bulungan itu kini dinamakan Desa Kecapi

B. KERAJAAN KALINGGA
Banyak beragam pendapat mengenai keberadaan Kerajaan Kalingga, namun yang jelas bahwa kebanyakan fakfa sejarah menunjukkan lebih dari 75% menyatakan kalau Ratu Shima saat memimpin kerajaanya berada di Kerajaan Kalingga  yang terpusat di Ho-ling (Keling), Keling adalah termasuk wilayah Kabupaten Jepara sekarang, yang terletak di Pantai Utara Pulau Jawa.
Berita keberadaan Ho-ling juga dapat diperoleh dari berita dan catatan yang berasal dari zaman Dinasti Tang Cina, dalam  Cerita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberikan gambaran tentang kerajaan  Ho-ling sebagai berikut :
   
Ho-ling atau disebut Jawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera.   
Ibukota Ho-ling dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu.
Raja tinggal di suatu bangunan besar ber tingkat, beratap daun palem, dan singgasananya terbuat dari gading.
Penduduk Kerajaan Ho-ling sudah pandai membuat minuman keras dari bunga kelapa.
Daerah Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.

Catatan dari berita Cina ini juga menyebutkan bahwa sejak tahun 674, rakyat Ho-ling diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Ia adalah seorang ratu yang sangat adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling sangat aman dan tentram.
Apa yang telah diceritakan tersebut jika dihubungkan dengan situasi dan kondisi  Ho-ling (Keling) yang terletak di wilayah Jepara sekarang ini dengan ciri-ciri tersebut maka semakin kuat dugaan kita bahwa memang Daerah Keling itulah dulunya tempat Kerajaan Kalingga berada saat dipinpin oleh Ratu Shima yang terkenal jujur, adil dan tegas tersebut. Adapun mengenai situasi dan kondisi keling tersebut sekarang ini sudah ada perubahaan  adalah sangat wajar mengingat sejarah Ratu Shima sudah berlalu sekitar 1.464  tahun yang lalu di tahun 2013 ini.
Ada beberapa hal penting yang bertautan positif antara Kerajaan Kalingga yang bercorakkan Hindu Siwais dengan dunia peradaban islam , yaitu dalam sejarah Islam pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M  Khalifah Ustman bin Affan pernah mengirimkan utusanya  ke Daratan Cina dengan misi mengenalkan islam, waktu itu hanya berselang 20 tahun dari wafanya Rasulullah SAW dan utusan tersebut sebelum sampai tujuan bersinggah dulu di Nusantara.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan  ( 644-657 M) juga pernah mengutus delegasinya bernama  Muawiyah bin Abu Sufyan  pernah mengirimkan utusanya ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam, kemudian kalangan bangsawan Jawa yang memeluk islam adalah  Rakeyan Sancang seorang Pangeran dari Tarumanegara, Rakeyan Sancang  hidup pada kekhalifahan  Ali bin Abi Thalib (656-661) .
Rakeyan Sancang diceritakan, pernah turut serta membantu Imam Ali dalam pertempuran menalukkan Cyprus, Tripoli dan Afrika Utara, serta ikut membangun kekuasaan Muslim di Iran, Afghanistan dan Sind (644-650 M). Kemudian yang tercatat dalam sejarah raja Sriwijaya yang masuk islam adalah Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton meletus dimana banyak imigran muslim Cina masuk ke wilayah Sriwijaya yang terjadi pada Islam masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (Dinasti Umayyah).
Begitu juga antara Kalingga dengan dengan Cina sudah terjadi kontak perdagangan dan pengiriman rohaniawan yang diceritakan pada Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa telah menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana.
Di Ho-ling ada pendeta Cina bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke dalam Bahasa Cina. Ia bekerjasama dengan pendeta Jawa bernama seorang bernama Hwi-ning datang ke Ho-ling dan tinggal di tempat itu selama tiga tahun (664-667). Dengan bantuan seorang pendeta Ho-ling yang bernama Yoh-na-po-t’o-lo (kemungkinnan besar pelafalan Cina untuk Jnanabhadra) ia menerjemahkan kitab suci Buddha Hinayana.
Nama Jnanabhadra sendiri berasal dari sebuah prasasti bertarikh 650 Masehi yang ditulis dengan huruf Pallawa berbahasa Sansekerta, ditemukan di Tuk Mas di Desa Dakawu (kini termasuk Grabag, Magelang) di lereng Gunung Merbabu, Jawa Tengah.
 Isi prasasti adalah pujian kepada mata air yang keluar dari gunung yang menjadikan sebuah sungai bagaikan Sungai Gangga. Di atas tulisan prasasti tersebut dipahatkan gambar leksana dan alat-alat upacara berupa cakra, sangkha, trisula, kundi, kapak, gunting, dolmas, stap, dan empat bunga fatma. Benda-benda ini jelas merupakan sembahan penganut Siwa. Berikut terjelamahan prasasti tersebut:
“ Mata air yang airnya jernih dan dingin ini ada yang keluar dari batu atau pasir ke tempat yang banyak bunga tanjung putih, serta mengalir ke sana-sini. Sesudah menjadi suatu kemungkinan mengalir seperti sungai Gangga.”.

Peninggalan
Sebenarnya jika mau melakukan penelusuran prasasti dan peninggalan  Kerajaan Kalingga  adalah sangat banyak sekali, hal ini mengingat daerah kekuasaan Kerajaan Kalingga sangat luas bahkan sampai ke luar Jawa namun pusat pemerintahanya tetap di Ho-ling tersebut sehingga kadang adanya penemuan-penemuan prasasti atau lainya di luar area Ho-ling dianggap disitulah tempat Ratu Shima dulu pernah berada.
Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.
Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
Candi Angin,Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Candi Bubrah Jepara,Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah tepatnya di Ho-ling (Keling) pada jaman dahulu pernah ada dan berkembang Kerajaan Kalingga yang dipimpin seorang wanita perkasa, jujur, adil dan tegas sehingga sering dijuluki Sang Ratu Kejujuran dan Keadilan.

C. SEGI TIGA EMAS SEJARAH NUSANTARA
Bila dilihat dari sejarah keberadaan Kerajaan Kalingga, pada pemerintahan Ratu Shima telah terjadi kontak perdagangan dan keagamaan antara Kerajaan Kalingga dengan dengan para peadagang Gujarat yang sebagian besar dari para pedagang  Arab dan Persia, kemudian hubungan Kalingga dengan  Cina yang juga telah terurai dalam cerita Dinasti Tang dan cerita I-Tsing.
 Terjadinya kontak dagang dan keagamaan ini adalah wajar mengingat kerajaan Kalingga adalah kerajaan yang besar yang terletak di daerah Pantai Utara Jepara sehingga Ratu Shima dalam memimpin pemerintahan pada saat itu sudah  bisa menyerap berbagai informasi dari dunia luar baik dari Tanah Arab dan Persia (Iran) maupun dari Daratan Cina bahkan Ratu Shima sudah mengetahui agama tauhid yang dibawa Nabi Muhammad SAW, hal ini karena hanya ada sedikit selisih tahun sejak kelahiran Nabi, Nabi Muhammad SAW lahir 20 April 571 jika ditambah umurnya yang hanya 63 tahun lebih 3 hari maka 571+63 = 632 M ( Nabi Muhammad SAW wafat 8 Juni 632 M) , sedangkan Ratu Shima sudah ada mulai tahun 567 M, tidak menutup kemungkinan Ratu Shima pernah hidup sejaman dengan Nabi Muhammad SAW.
Dengan adanya kontak perdagangan ini kemudian diikuti adanya kontak keagamaan, para pedagang Gujarat ( Arab dan Persia ) yang membawa misi dakwah islam dari ajaran Nabi Muhammad SAW yang berkembang di Mekkah dan Madinah akhirnya menjalar ke Asia tenggara diantaranya ke Cina dan Nusantara.
Delegasi Khalifah Ustman bin Affan pada tahun 651 M misalnya, sebelum sempat sampai ke daratan China ternyata sudah singgah terlebih dahulu di Nusantara tentu saja tidak hanya singgah sebentar kemudian langsung ke Cina melainkan telah terjadi kontak komunikasi keagamaan dan pernikahan dengan penduduk setempat sehingga secara tidak langsung masyarakat setempat mulai mengenal islam, kemudian tahun 674 M Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di panta barat Sumatra, kemudian setelah terjadi penetrasi budaya islam dengan peduduk setempat lambat laun terjadi komunitas islam dengan membentuk kerajaan Islam dengan sebutan Kesultanan Perlak, Kerajaan Perlak  merupakan kerajaan islam pertama Nusantara yang berkuasa pada tahun 840-1292 M disekitar wilayah Peureulak (Perlak) (Aceh Timur), Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Adapun Kerajaan Perlak didirikan pada 1 Muharram 225 H/840 M oleh Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Shah, sedangkan perkembangan di Jawa pada saat itu sudah ada dan berkembang Kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu yang sebelumnya juga sudah ada Kerajaan Kalingga, Kerajaan Kalingga dianggap Kerajaan Pertama yang pernah ada di Pulau Jawa, Kemudian di tanah Sumatra juga berkembang Kerajaan Budha Sriwijaya yang sempat menyerang ke Kerajaan Perlak pada tahun 988 M. Kemudian di Jawa disusul lagi munculnya kerajaan yang sangat kuat yaitu Kerajaan Majapahit (1293-1478 M) dan setelah Majapahit hancur digantikan Kerajaan Islam Demak Bintoro oleh Sultan Fattah tahun  1478 yang masih keturunan Raja Majapahit Brawijaya V
Tampaknya peradaban islam yang berkembang pada saat itu tidak bisa  terelakkan lagi dan sangat mempengaruhi sejarah peradaban islam nusantara ke depan meski sebelumnya di Nusantara sudah ada agama Hindu yang lahir di Negeri India Sekitar Tahun 1500 SM, yang emiliki Kitab Suci yang bernama Weda dan mempunyai Kepercayaan Terhadap Tiga Dewa Yang Disebut Tri Murti , kemudian disusul ada Agama Hindu Agama juga lahir di India sekitar tahun 500 SM, agama Ini Juga Memiliki Kitab Suci yang disebut Tripitaka,Yang berarti Himpunan Tiga Kitab Suci agama Budha. Diantara inti ajaran Budha adalah pertama, bahwa  hidup itu harus menjalani samsara ( penindasan kepada diri sendiri) melalui astawidya ( tujuh jalan untuk mencapai kebenaran). Kedua, bahwa hidup itu harus memahami tentang Pratistyamut pada ( dua belas rantai sebab akibat hidup)

Sedangkan Agama Islam hadir di Nusantara dengan membawa misi islam  yang pertama adalah memperkuat aqidah manusia menuju agama tauhid yang hanya meyakini adanya Allah SWT dan mempercayai bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah SWT sekaligus Nabi akhiruzzan, islam juga meyakini adanya alam ghaib dan adanya hari akhir ( hari kiamat ) semuanya itu terangkum dalam Rukun Iman, jadi rukun iman lebih menitikberatkan pada keyakinan individu terhadap adanya Allah SWT yang terpancar dari isi rukun Iman yaitu percaya adanya Allah,kitab-kitabNya, Nabi-nabiNya,Para Malaikatnya,Qadlo-qodarNya dan hari kiamat. Kedua adalah Rukun Islam yaitu sebuah standar umat islam dalam beribadah kepada Allah SWT yang berupa syariat islam yang bersifat dhohiriyah , rukun islam lebih menitikberatkan pada nilai-nilai tata cara beribadah kepada Allah SWT (seperti shalat) yang  disinergikan dengan masalah-masalah kepekaan sosial (contohnya  zakat dan puasa) serta mengambil hikmah dalam meneladani para Nabi-nabi Allah yang terekam dalam perjalanan ibadah haji.
Inti ajaran islam yang ketiga adalah Ikhsan   yaitu ajaran islam yang menganjurkan untuk berbuat baik kepada Allah SWT dan ciptaanya. Ikhsan ini lebih menitikberatkan adanya kolaborasi antara rukun iman dan rukun islam yang divisualisasikan (yang diwujudkan) dalam sebuah tingkah laku yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Ikhsan akan menunjukkan pada kualitas seorang muslim sejati karena mereka telah dianggap dapat mensinergikan ketiga inti pokok ajaran islam yaitu : rukun iman, rukun islam dan ikhsan dalam kehidupanya sehari-hari baik dilingkungan kerja maupun lingkungan sosial
 Waktu Pemerintahan Utsman  (Arab) yang mengirim utusanya dari Arab  ke Cina dan Jawa kemudian pengaruh dari Cina ke Jawa secara tidak langsung telah membentuk segi tiga emas sejarah islam  nusantara  yang diawali dengan kunjunganya ke Kalingga, kemudian dalam perkembangan islam di Jawa  semakin berkembang pesat pada era Walisongo di Jawa.   Pada abad ke 14, Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di Cina juga telah mengirimkan seorang putrinya yang sudah beragama Islam kepada Raja Brawijaya  V untuk dinikahinya sebagai pertanda persahabatn meskipun pada saat itu Raja Brawijaya V sudah punya permaisuri dari Champa (Kamboja).
Hasil pernikahanya dengan putri Cina akhirnya melahirkan Sultan Fattah sebagai Sultan Kerajaan Islam Demak Bintoro, Perjuangan Raden Fattah diteruskan putranya Pati Unus ( Pangeran Sabrang Lor), kemudian dilanjutkan Sultan Trenggono, adapun Sultan Trenggono merupakan ayahanda Ratu Kalinyamat yang diperistri Sunan Hadlirin Mantingan (Adhipati Jepara) yang sangat gigih dalam memimpin pemerintahanya (setelah wafatnya Sunan Hadlirin) Ratu Kalinyamat yang sangat cantik juga sangat pemberani dalam melawan penjajahan Portugis pada saat itu sehingga dengan kegigihanya tersebut orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Ratu Kalinyamat akhirnya dinobatkan sebagai penguasa Jepara yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 kemudian tanggal penobatanya tersebut diabadikan sebagai Hari Jadi Jepara ( yang sekarang ini sudah ke 646), Hari Jadi Jepara dikasih “pembatas sejarah” dengan slogan TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.
Semangat Membangun Jepara Baru
Kondisi masyarakat Jepara saat ini mengalami masa suram, lesu dan lengang dalam perekonomian maupun pembangunan dibanding tahun-tahun sebelumnya, sikap individualis,berapologis dan rasa egois pribadi dan lebih mementingkan kelompoknya masing-masing sangat menonjol dalam mewarnai tata pemerintahan, semangat generasi muda dalam membangun Jepara tanpaknya hanya bisa dihitung jari, kepekaan pemuka agama terhadap nilai-nilai sosial-perekonomian ummat secara nyata masih rendah  bahkan ada kecendrungan lebih mementingkan kearah polotik praktis, politikus partai lebih mementingkan untuk mengamankan posisinya dengan mengabaikan jeritan suara rakyat atau konstituenya yang pernah menjadi mesin politiknya, dan ketika para generasi muda yang seharusnya menjadi aset masa depan terlantar akhlaknya terkikis oleh kemajuan tekhnologi modern sehingga tempat ibadah bagi anak muda seakan sekedar tempat “Nongkrong”, kepekaan dan kepedulian terhadap sejarah dan semangat perjuangan para leluhur kita yang seharusnya bisa diaplikasikan semangatnya dalam tata pemerintahan juga seakan hanya tinggal kenangan.
Maka disinilah diperlukan “reformasi semangat baru” dengan memaksimalkan semua saluran pemikiran positif dan langkah progresif,kreatif dan inovatif untuk mendobrak kebuntuhan jaman yang serba membingungkan dengan bersama-sama bergandengan tangan dan merapatkan barisan membangun Jepara.
 Dalam lintasan sejarah Jepara hal tersebut kita bisa belajar dan mengaplikasikan dalam kehidupan nyata nila-nilai positif apa yang pernah dilakukan oleh Ratu Shima dalam membangun pemerintahan Kalingga dengan penerapan hukum yang adil, jujur dan tegas tanpa pandang bulu sebagai ciri khas karakter pemerintahanya, kegagahan dan semangat heroik Ratu Kalinyamat dalam menata pemerintahan terutama kegigihanya dalam mengusir kolonial Portugis dan semangat Putri RA Kartini dalam mendobrak semangat kaum wanita untuk maju dan pintar sehingga namanya harum dan semerbak mewangi sampai ke daratan Eropa melalui surat-suratnya yang menggugah dan mengispirasi para pemuda Eropa, maka semuanya ini merupakan teladan yang bisa kita jadikan contoh bersama sekaligus sebagai pondasi dasar sebuah semangat  baru anak-anak  muda Jepara dalam membangun dan menuju Jepara Baru.
Jepara Baru adalah  sebuah cita-cita luhur terwujudnya tatanan baru pemerintahan Jepara yang lebih baik, kondusif, progressif ,  saling menghormati , menjaga kerukunan antar umat beragama dan golongan serta berusaha  memaksimalkan SDM dan SDA yang ada dengan sebaik-baiknya  demi kemakmuran, kejayaan dan kesejahteraan masyarakat Jepara  yang dilandasi kejujuran dan keadilan yang bermanfaat  untuk kepentingan Masyarakat Jepara dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang, baik yang bersifat nasional maupun internasiona
Dengan demikian yang dimaksudkan Jepara Baru bukanlah suatu usaha untuk menggantikan pemerintahan yang sudah ada dengan pemerintahan yang baru, melainkan sebuah  tawaran solusi tentang suatu usaha untuk membangkitkan semangat baru dalam membangun Jepara kedepan sekaligus memanfaatkan momentum hari jadi Jepara yang ke 464 M dengan menggunakan berbagai saluran kegiatan yang sama-sama mempunyai satu tujuan yaitu membangun  Jepara yang lebih baik dan kondusif.
 Oleh karenanya sudah sangat tepat jika mengambil setting sejarah yang diawali dengan semangat kebangkitan Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan RA. Kartini untuk dijadikan tauladan positif  yang diaktualisasikan dalam mendorong semangat masyarakat Jepara yang tidak hanya dibaca dan didengarkan melainkan harus dilaksanakan secara nyata dalam sendi-sendi kehidupan tata pemerintahan Jepara yang diawali oleh aparatur negara.
Keberadaan masyarakat Jepara dan dari masa kemasa adalah cerminan dari sosok pemimpinya yang berkuasa, jika pemimpinya jujur, kuat, tangguh,cerdas,kreatif, responsif dan inovatif serta amanah, adil dan tegas maka secara otomatis akan disegani dan dicintai oleh rakyatnya. Kejayaan, kejujuran dan keadilan Ratu Shima adalah salah satu bukti nyata dalam membangun kejayaan dan kemakmuran Kerajaan Kalingga yang berpusat di Ho-ling (Keling) Jepara.
Pandangan Jepara Baru adalah salah satu alternatif  dalam mengubah paradigma baru untuk menggugah dan mengajak pemerintah dan masyarakat Jepara untuk bangkit dengan semangat baru, bergandeng tangan melepaskan ikatan individualis, egoisme pribadi/kelompok, apologis atau suka berkilah untuk menutupi kesalahan pribadi atau kelompoknya,menjunjung tinggi hak asasi manusia dan  kenyataan pluralis yang diberikan Tuhan pada kita sebagai ummat manusia di dunia  serta mengajak pemuka agama untuk kembali pada khittahnya sebagai payung ummatnya.
Semangat Jepara Baru mempunyai ciri khas yang progresif, responsif, kreatif dan inovatif yang dilandasi nilai-nilai religius dan mengaplikasikan semangat kepahlawanan Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan RA. Kartini dalam sendi-sendi kehidupan tata pemerintahan dan tatanan sosial secara nyata.
Ketiga Pahlawan kita Ratu Shima, Ratu Kalinyamat dan RA Kartini sekarang ini seakan merasa  risih dengan kondisi Jepara saat ini  ketika melihat prilaku sebagian  aparatur negara yang tidak jujur dan melupakan sumpah jabatan, merintih sedih ketika hukum tidak ditegakkan dengan adil, menjerit pilu ketika melihat rakyat Jepara ada sebagian yang miskin tidak kuat makan, tidak bisa membiayai kebutuhan keluarganya sehari-hari, gundah gulana ketika melihat pembangunan infra-struktur terutama kondisi jalan yang rusak yang hanya ditambal-tambal terus, merasa iba terhadap putra-putrinya yang kesulitan mencari pekerjaan di kotanya sendiri.
Oleh karena itu di tahun 2013 ini seakan mereka ingin hadir dan bangkit kembali ditengah-tengah kehidupan  kita sebagai masyarakat Jepara untuk selalu menemani dan menunggui disisi kita dalam bekerja agar selalu ingat kejujuran dan sumpah jabatan , memeluk dan membelai tubuh kita disaat hukum telah melukai rakyatnya, menyuapi diri kita dengan semangat bekerja agar kemiskinan tidak menghantui rakyatnya, menyadarkan para pengambil kebijakan agar lebih mementingkan kepentingan negara dan rakyatnya dengan semangat Jepara Baru.
Refleksi penerapan hukum potong
pada pemerintahan Ratu Shima
Pada prinsipnya Ratu Shima tidak menerapkan hukuman mati/penggal leher pada rakyatnya, melainkan sebatas melakukan penerapan hukuman potong anggota badan  bagi  mereka yang benar-benar melakukan tindak kejahatan sebagai efek jera bagi siapa saja yang melakukan  tindak kejahatan tanpa pandang bulu walaupun anaknya sendiri sekalipun, hal itu dibuktikan sendiri maklumatnya dengan menjatuhkan hukuman potong tangan kanan terhadap anaknya sendiri yang telah melakukan kesalahan, disamping itu penerapan hukuman potong tersebut secara tidak langsung telah mendidik rakyat dan para pegawai kerajaan untuk senantiasa bersikap jujur dan adil pada diri sendiri, keluarga dan negaranya.
Kondisi penerapan hukum yang adil, tegas dan tidak pandang bulu berimplikasi terhadap turunya tindak kejahatan di wilayah Kerajaan Kalingga yang mendorong terwujudnya pola tatanan pemerintahan yang stabil, kondusif, aman, nyaman dan sejahtera.
Angka kemiskinan berangsur-angsur turun drastis pada ambang zero, karena mayarakatnya bisa berkonsentrasi untuk bekerja, tidak kuatir lagi adanya perampokan, tidak ada lagi  penindasan kalangan pengusaha terhadap konsumenya, masyarakat saling hidup berdampingan dengan baik miskipun berbeda ideologi sekalipun, yang miskin menghormati yang kaya dan yang kaya menyantuni yang miskin, sungguh suatu pemandangan tatanan sosial dan pemerintahan yang sangat menakjubkan dan menyejukkan hati.
Kebijakan yang dilakukan Ratu Shima dalam pemerintahan yang begitu adil dan tegas membuat berdecak kagum bagi rakyatnya sendiri dan para pedagang dalam negeri maupun manca negara apalagi ditopang dengan keberadaan wilayahnya yang sangat strategis di Pantai Utara Jawa sehingga lalu lalang perdagangan dapat berjalan dengan lancar, kondisi dalam negeri yang stabil dan kondusif serta keuntungan yang berlimpah dari hasil alam dan perdagangan internasional membuat Kerajaan Kalingga terkenal kaya raya baik  yang berupa berlian, emas, perak dan sebagainya. Konon harta peninggalan Ratu Shima sampai sekarang masih tersimpan rapi tak tersentuh manusia sampai pada suatu saat akan berguna untuk kejayaan dan kemakmuran rakyatnya ketika kejujuran dan keadilan benar-benar telah ditegakkan oleh para penguasa terutama aparat penegak hukum.
Dalam merefleksikan penerapan hukum potong oleh Ratu Shima di Kerajaan Kalingga tempo dulu, maka para penguasa dan aparat penegak hukum sekarang ini sangat ditantang nyalinya untuk bersikap jujur, adil dan tegas serta  tidak hanya sekedar berteori hukum saja melainkan harus berani untuk tampil digarda paling depan tanpa kompromi dan tanpa pandang bulu,  berani terjun langsung menghunus pedang keadilan dan ketegasan  Ratu Shima untuk memotong mata rantai markus negatif, persengkokolan  hukum internal/eksternal yang berfihak finansial dan budaya tawar menawar hukum yang membuat masyarakat terluka oleh hukum. Bukankah setiap pemimpin kelak akan dimintai pertanggunjawabanya baik di dunia maupaun akhirat meskipun hanya seberat biji  zarro sekalipun?. wallahu a’lam.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More